Eks Bos KPK Takut China Jadi Investor Terbesar RI, Ini Alasannya

Eks Bos KPK Takut China Jadi Investor Terbesar RI, Ini Alasannya

Trio Hamdani - detikFinance
Rabu, 09 Des 2020 08:03 WIB
Laode M Syarif
Foto: Ari Saputra
Jakarta -

Mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Laode M Syarif mengaku takut karena China menjadi investor terbesar di Indonesia. Bukan tanpa alasan, sebab berdasarkan data yang dia beberkan, China menjadi negara dengan tingkat improper payment alias pembayaran tidak benar tertinggi.

Dia menjelaskan China berada di urutan pertama, disusul Brazil, India, Mexico, Russia, lalu Indonesia.

"Perlu saya ingatkan bahwa kalau kita melihat United State Foreign Corrupt Practices Act tahun 2011 dan 2020, lokasi improper payments nomor satu itu adalah China, disusul Brazil, India, Meksiko, Rusia, Indonesia," kata dia dalam sebuah webinar, Selasa (8/12/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Data itu lah yang membuat dirinya cukup takut mengetahui bahwa China adalah investor terbesar di Indonesia.

"Saya sangat takut sedikit, sebenarnya bukan sedikit tapi takut banyak when Chinese the become, the biggest investor in Indonesia," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

Sementara berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), berikut adalah 5 besar negara penyumbang investasi di Indonesia pada kuartal III-2020:

1. Singapura US$ 2,5 miliar
2. Tiongkok US$ 1,1 miliar
3. Jepang US$ 0,9 miliar
4. Hong Kong US$ 0,7 miliar
5. Belanda US$ 0,5 miliar

Lalu apa tanggapan Kepala BKPM? Baca di halaman selanjutnya.

Kepala BKPM Bahlil Lahadalia merespons pernyataan Laode. Dirinya pun tak menepis hal tersebut.

"Untuk Bang Laode, saya terima kasih, benar ada data China ini negara ngeri-ngeri sedap juga, aku jujur-jujur saja lah," kata dia dalam sebuah webinar.

Arah kebijakan pemerintah ke depan, dijelaskannya tidak boleh ada suatu negara yang mengontrol Indonesia dalam konteks investasi. RI harus memberikan kesamaan kepada negara lain juga.

Kemudian, Bahlil mencontohkan bahwa saat ini industri smelter di Indonesia dikuasai oleh China. Sebab, proyek tersebut hampir semuanya dikerjakan oleh perusahaan dari Negeri Tirai Bambu itu.

"Contoh katakanlah nikel, Bang Ode, hampir semua sekarang smelternya dari China, harus jujur saja lah kita akui," sebutnya.

Tapi bukan tanpa alasan kenapa China memiliki peran besar dalam pembangunan smelter di Indonesia. Sebab, menurut Bahlil negara lain tak seberani itu. Meski diakuinya ada saja yang namanya penyimpangan. Jadi, perlu treatment khusus untuk melakukan kerja sama dengan China.

"Banyak yang nggak dibayar, ngomongnya hari ini A besok bikin lain, gitu. Nah ini yang sekarang tugas kita adalah bagaimana pada saat mereka investasi, kita harus ikat mereka dalam satu perjanjian yang clear and clean, kenapa? agar kemudian tidak menimbulkan hal-hal yang berorientasi pada kerugian," tambahnya.


Hide Ads