"Inovasi membedakan antara pemimpin dan pengikut," itulah kata-kata dari seorang pebisnis handal Steve Jobs kala masih menduduki jabatan menjadi CEO dari Apple Inc. Itu juga yang dilakukan oleh Ali Musa (58) saat memulai bisnis ikan kedukang atau dukang yang diasapi. Ikan dukang yang sudah diasapi ini lazim disebut ikan salai oleh penduduk Pulau Rupat, Riau.
Awalnya banyak orang yang menganggap remah bisnis ikan yang juga disebut ikan sembilang ini, sampai ada yang menertawakannya. Sebab, ikan dukang dianggap sebagai ikan buangan yang bahkan tidak laku di pasaran. Ikan ini dapat dengan mudah ditemukan di tepi pantai yang berlumpur. Jangankan dibeli, diberikan secara cuma-cuma pun orang-orang harus berpikir dua kali.
"Jadi dulu ikan ini (dukang) di sini dulu tidak laku, jadi nelayan kewalahan, dan kita jadi merasa kasihan aja gitu. Bisa satu nelayan itu 1 hari bisa dapat 50 kilo ikan duri (dukang). Dikasih orang aja itu nggak mau. Karena di sini daerah pesisir jadi kan pilihan ikan itu banyak," imbuh Ali Musa kepada detikFinance dalam program Tapal Batas beberapa waktu yang lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia pun mulai mencari cara agar dapat menyejahterakan nelayan yang ada di Pulau Rupat. Ia terinspirasi dari pembuatan salai ikan yang ada di Kampar, Bengkinang, Pekanbaru. Perbedaannya, ikan salai yang ada di Bengkinang menggunakan ikan baung sebagai bahan bakunya, sedangkan Ali Musa menggunakan ikan dukang. Ia pun menjadi salah satu orang yang mencoba mengasapi ikan tersebut.
"Dulu saya diketawain sama orang sini, betul ini mah. Padahal dari hasil ini saya diajak ke Jakarta untuk menjadi tenant di salah satu pameran. Orang-orang langsung pada kaget 'waduh cik Sam ke Jakarta bawa ikan salai, ikan duri (dukang) udah jadi emas' gitu kan kata mereka. Ya saya mah ketawa aja," ungkap Ali Musa sembari tersenyum.
"Jadi makanya orang itu termasuk mujilah gitu. Secara tak langsung saya juga bantu-bantu ekonomi masyarakat. Orang dulu itu ini ikan nggak dicari sekarang jadi dicari terus. Bahkan nelayan bisa seharinya itu dapat Rp 1.000.000 karena saya salai ikan duri ini," tambahnya.
![]() |
Dari usaha yang sempat ditertawakan orang inilah, kini Ali Musa sudah bisa bernafas lega sembari membantu para nelayan Pulau Rupat. Ali Musa juga membeli ikan dukang dari nelayan seharga Rp 9.000/kg. Untuk menghasilkan 1 kg ikan salai, ia harus membeli 4 kg ikan dukang.
Ali Musa menjual produknya dengan harga yang bervariasi mulai dari ukuran seperempat (250 gr) dengan harga Rp 20.000 per bungkus dan 1 kg Rp 80.000. Kini ia pun bisa mendapatkan omzet hingga Rp 10.000.000/bulannya.
"Saya itu kalau misalkan pendapatan di bawah Rp 10.000.000 rasanya itu kurang. Jadi saya harus mendapatkan Rp 10.000.000 per bulan. Untuk penjualan rutin kita ke Duri sama Pekanbaru. Tapi ada juga yang pesan dan kita kirim ke Palembang, Jakarta, Jawa Tengah, Mataram, Bali, Batam, Jawa Timur," tandasnya.
Di masa pandemi ini Ali Musa mengaku usahanya tidak mengalami kendala. Namun, masalah bahan baku masih menjadi persoalan utama karena adanya pasang besar yang terjadi di tahun ini.
Untuk melancarkan usahanya, Ali Musa menjadi nasabah BRI dengan melakukan peminjaman KUR. Kredit tersebut untuk ia gunakan sebagai pengganti modal.
"Saya ambil pinjaman BRI karena awalnya untuk mengganti gelang istri yang dijual untuk menjadi modal kerja dengan usul meminjam 100 juta saya pinjam 3 tahun. Termasuk untuk membuat jaring dan membantu nelayan-nelayan di sini. Kurang lebih bisa membantu banyak nelayan di desa ini juga," pungkasnya.
detikcom bersama BRI mengadakan program Tapal Batas yang mengulas mengenai perkembangan infrastruktur, ekonomi, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan khususnya di masa pandemi. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus beritanya di tapalbatas.detik.com.
(prf/hns)