Jusuf Kalla (JK) sudah dua kali duduk di kursi wakil presiden Indonesia. Namun selama 2 periode itu pula ada satu hal yang membuat dia merasa gagal, yakni permasalahan rokok.
Rokok di Indonesia memang sangat kontroversial. Di satu sisi banyak pihak yang menentang adanya rokok dengan alasan kesehatan. Di sisi lain rokok juga memiliki sumbangsih dalam roda perekonomian.
Namun ada hal menarik lainnya terkait rokok. Ternyata rokok juga memiliki sumbangsih terhadap kemiskinan di Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kontribusi rokok terhadap kemiskinan mencapai 11,17% di perkotaan dan 10,37% di pedesaan. Angka itu berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada September 2019.
Dari survei itu rokok ternyata menjadi kontribusi terbesar kedua terhadap garis kemiskinan di Indonesia. Komponen yang pertama masih makanan yang memiliki kontribusi ke kemiskinan sebesar 20,35% di perkotaan dan 25,82% di pedesaan.
Sebelumnya diberitakan JK mengakui dirinya tak berhasil untuk mengurangi konsumsi rokok di masyarakat, meskipun berbagai upaya telah dilakukan.
"Saya ikut bersalah ya dua kali jadi wapres, walaupun saya dalam kondisi dua kali kabinet itu berusaha mengupayakan agar rokok dikurangi, pajaknya dinaiki ternyata tidak terlalu berhasil," kata dia dalam webinar yang diselenggarakan Indef, Rabu (9/12/2020).
Dia menjelaskan kegagalannya itu lantaran banyak juga pihak yang mendukung Industri Hasil Tembakau (IHT) tersebut, termasuk orang dalam pemerintahan.
"Jadi ini masalah yang kita harus hadapi," kata pria yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) itu.
(das/dna)