Driver Ojol Mau Ngadu ke Luhut Tolak Merger Gojek dan Grab

Driver Ojol Mau Ngadu ke Luhut Tolak Merger Gojek dan Grab

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Kamis, 10 Des 2020 05:46 WIB
Pemadaman listrik massal yang terjadi di sejumlah wilayah Jakarta hingga Jawa Barat berdampak ke sejumlah sektor. Salah satunya adalah layanan ojek online.
Ilustrasi/Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Kabar merger Gojek dan Grab mendapatkan penolakan yang keras dari para mitra driver ojek online (ojol). Para driver ojol berencana mengadu ke pemerintah, salah satunya ke Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.

Mereka menilai meski aksi merger adalah urusan bisnis antara perusahaan swasta, pemerintah dinilai masih punya wewenang untuk menolak. Pasalnya, hal ini menyangkut nasib para driver ojol.

Presidium Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) Igun Wicaksono mengatakan pihaknya berencana menyurati beberapa instansi, salah satunya ke Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi yang dipimpin Luhut Binsar Pandjaitan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami konsolidasi dulu, nanti kita kirim surat ke KPPU, Kemenkomarves, BKPM, tentu tembusannya ke Presiden," ujar Igun kepada detikcom, Rabu (9/12/2020).

Dia mengatakan pihaknya masih menunggu kejelasan dari perkembangan kabar merger Gojek dan Grab. Namun rencananya, pihaknya menyurati Luhut dan beberapa instansi lainnya di hari Senin untuk menyampaikan aspirasi penolakan dari para driver ojol.

ADVERTISEMENT

"Hari Senin ini kalau jadi kita kirim, kami mau lihat dulu perkembangannya ini jadi apa nggak? Ini kan belum ada data valid rilis resmi aksi mergernya," ujar Igun.

Di sisi lain, Igun mengatakan pihaknya memberikan ultimatum agar aspirasi penolakan merger Gojek dan Grab bisa diterima pemerintah dan aplikator.

Bila hingga akhir tahun tidak ada kejelasan pihaknya akan demo. Menurutnya hal itu akan dipusatkan di Istana Negara, lalu ke Kemenkomarves, dan BKPM.

"Apabila aspirasi sebagai asosiasi yang menaungi para mitra pengemudi ojol untuk membuka ruang dialog tidak juga diperhatikan, maka langkah akhir kami adalah menggelar aksi massa pengemudi ojol di seluruh Indonesia," kata Igun.

"Kalau memang nggak ada penjembatanan kita pasti akan turun di Januari, perkiraan pertengahan Januari," tegasnya.

Igun juga mengatakan ada 3 hal yang membuat khawatir para driver ojol dari rencana merger Gojek dan Grab. Apa saja?

Kekhawatiran yang pertama adalah apabila merger dilakukan bisa memicu pemutusan mitra driver secara massal. Menurut Igun, banyak perusahaan yang melakukan merger cepat atau lambat akan melakukan efisiensi.

Bukan tidak mungkin menurutnya, efisiensi juga dilakukan oleh Gojek dan Grab bila melakukan merger dengan mengurangi jumlah mitra.

"Para mitra ini resah, namanya akuisisi merger ini kalau terjadi pasti di mana mana selanjutnya aksi korporasi efisiensi. Mereka resah ini jadi gelombang pemutusan mitra sepihak kalau merger jadi dilakukan," kata Igun.

Kemudian yang kedua, Igun menilai selama ini aplikator masih kurang memperhatikan kesejahteraan mitra drivernya. Dia khawatir hal ini terus berlanjut apabila merger Gojek dan Grab diwujudkan.

"Kinerja korporasi aplikator masih jauh ideal dan berimbang dalam hal transparansi nasib mitranya, baik jaminan sosial dan kesejahteraannya. Kami tidak yakin hal ini akan lebih baik bila merger terjadi," kata Igun.

Kekhawatiran yang ketiga adalah soal ancaman monopoli bisnis jasa transportasi online. Saat ini saja tanpa merger, Gojek dan Grab sudah menguasai pasar.

Memang, beberapa pesaing sudah muncul, namun pihaknya menilai belum cukup kuat untuk menyaingi Gojek dan Grab. Apalagi kalau merger Gojek dan Grab benar-benar dilakukan.

"Memang persaingan masih ada, cuma ya kami memandang belum kuat. Ini yang eksis dua aja sudah kuat, bagaimana kalau dimerger. Khawatirnya ini jadi penguasaan monopoli digitalnya dan juga transportasinya," ujar Igun.


Hide Ads