Mayoritas mahasiswa di Indonesia memilih menyimpan kelebihan uang sakunya dalam rekening bank dibanding melakukan investasi di berbagai portofolio. Menurut survei Lifepal, dilansir Sabtu (12/12/2020), 65,2% mahasiswa di Indonesia memilih untuk menyimpan uang sakunya yang berlebih di bank.
Hanya 22,4% dari total responden yang akhirnya memilih untuk berinvestasi untuk membeli logam mulia, surat berharga, dan instrumen lainnya.
"Ketika uang saku yang dimiliki berlebih setelah penggunaan dalam sebulan, 65,2% dari seluruh responden memilih untuk menyimpan uang tersebut di tabungan," tulis laporan Lifepal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu ada juga mahasiswa yang menghabiskan lebihan uang sakunya untuk menghibur diri. 7,5% di antaranya menghabiskan uang saku lebihnya untuk berbelanja. Kemudian, ada 5% yang menggunakannya untuk travelling.
Kemudian, bila dilihat dari penggunaannya, ada 33,5% mahasiswa saja yang uang sakunya mengalami surplus alias kelebihan.
Kebanyakan, mahasiswa mengaku uang sakunya cukup alias selalu habis tiap bulannya, dengan jumlah 57,5%. Lalu, sebanyak 9% responden lain mengaku bahwa uang saku yang diterima tidak cukup, atau defisit.
Namun, di masa pandemi kebanyakan besaran uang saku mahasiswa berkurang. Buktinya, yang menerima uang saku Rp 1 hingga 3 juta per bulan hanya sebesar 17,6%. Padahal, sebelum pandemi 59% mahasiswa mengaku menerima uang saku sebesar Rp 1 hingga 3 juta per bulan.
Sementara itu 71% responden atau sebagian besarnya yang mengaku menerima uang saku di bawah Rp 1 juta per bulan.
Adapun, survei Lifepal ini dilakukan dengan metode random sampling terhadap 443 responden yang merupakan mahasiswa di seluruh wilayah Indonesia. Survei berlangsung pada 6 Oktober hingga 4 Desember 2020.
Perbandingan jumlah responden dalam survei ini adalah, 144 responden pria dan 299 responden wanita.