Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada November 2020 sebesar US$ 15,28 miliar. Nilai ekspor November 2020 menjadi yang tertinggi sepanjang tahun ini.
Angka ini tercatat naik 6,3% dibandingkan bulan sebelumnya dan naik 9,5% dari tahun sebelumnya. Bahkan jika ditarik ke belakang, ekspor ini tertinggi sejak Oktober 2018 yang saat itu tercatat sebesar US$ 15,91 miliar.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan ada beberapa sektor komoditas yang mengalami kenaikan ekspor cukup tinggi sepanjang November 2020. Di antaranya ekspor hasil pertanian, hasil hutan bukan kayu, pengolahan, perkebunan, hingga tambang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Migas month to month meningkat 24,26%, pertanian month to month 6,33%, dan year on year meningkat 33,33%. Untuk hasil pertanian adalah hasil hutan bukan kayu lainnya, aromatik dan rempah-rempah, buah-buahan, cengkeh, dan sarang burung," katanya dalam konferensi pers, Selasa (15/12/2020).
Kemudian ada ekspor minyak kelapa sawit, besi dan baja, perlengkapan komputer hingga pertambangan batu bara yang naik tinggi, yaitu 25,08% secara month to month.
Berdasarkan kelompok HS 2 digit, yang meningkat tajam adalah ekspor lemak dan minyak hewan nabati.
"Komoditas ini kita ekspor ke Tiongkok, Pakistan, dan India. Pada November ini naik US$ 449,4 juta, dan kalau kita lihat bisa dilihat bahwa kenaikan nilai ekspor karena volumenya naik," jelas Suhariyanto.
Ekspor bahan bakar mineral pada bulan ini juga naik US$ 268,5 juta. BBM ini diekspor ke Tiongkok, India, dan Jepang.
Adapun secara kumulatif, ekspor Indonesia dari Januari hingga November totalnya US$ 146,78 miliar. Angka ini disumbang ekspor pertanian yang meningkat 13,64%. dan industri pengolahan yang meningkat 1,46%.
Namun demikian nilai ini masih turun tipis 4,22% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kontraksi ada pada ekspor migas dan tambang.