Aqua hingga JNE, Perusahaan yang Pernah Kena Boikot Gegara Politik

Aqua hingga JNE, Perusahaan yang Pernah Kena Boikot Gegara Politik

Tim Detikcom - detikFinance
Selasa, 15 Des 2020 12:26 WIB
Provinsi  Kalimantan Selatan yang diwakili oleh Sekolah Sepak Bola (SSB) Batu Agung menjadi juara  putaran final nasional Aqua Danone Nation Cup 2017 yang berlangsung di Stadion Pakansari Cibinong Bogor Jawa Barat, Minggu (16/7/2017).
Foto: Rengga Sancaya
Jakarta -

Gejolak politik di Indonesia sempat membuat membuat beberapa merek dagang kena imbas boikot dari masyarakat. Tak sedikit perusahaan besar di Indonesia sampai diserbu seruan boikot karena hal tersebut.

Aksi pemboikotan tak hanya berkonteks politik Pilpres, ada pula berkonteks politik dalam arti yang lebih umum. Rata-rata gerakan pemboikotan ini bergema lewat media sosial.

Berikut daftar perusahaan-perusahaan yang pernah kena aksi boikot gegara politik:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. JNE

JNE belakangan jadi sorotan publik. Tepat di tengah HUT JNE yang ke-30, muncul tagar #BoikotJNE yang sempat trending di Twitter sejak Jumat (11/12) pekan lalu.

ADVERTISEMENT

Seruan boikot muncul setelah akun JNE memposting ucapan selamat dari tokoh agama yakni Ustaz Haikal Hassan. Postingan itu dinilai beberapa pihak sebagai bentuk dukungan JNE terhadap tokoh agama tersebut.

Namun, dengan segera pihak JNE menegaskan bahwa perusahaan logistik tersebut tidak memihak pada apapun yang berbau SARA alias suku, agama, ras, dan antargolongan.

"JNE merangkul semua golongan dan tidak memihak pada agama, suku bangsa, ras, dan pandangan politik tertentu," dikutip dari keterangan gambar yang dikirimkan Bos JNE, (11/12/2020).

Selain JNE, ada beberapa perusahaan lainnya yang juga sempat mengalami nasib serupa. Di antaranya ada Danone Aqua, Bukalapak, Traveloka dan Sari Roti. Ketiganya juga pernah menjadi sasaran boikot gegara bersinggungan dengan isu politik.

2. Danone-Aqua

Boikot dalam konteks politik umum dialami Danone Aqua. Sebenarnya, Danone Aqua bukanlah perusahaan yang langsung jadi sasaran boikot publik. Perusahaan minuman dalam kemasan ini hanya terkena imbas dari aksi boikot produk Prancis secara keseluruhan.

Seruan boikot produk Prancis sangat menggema di berbagai belahan dunia. Hal tersebut terjadi usai Presiden Prancis Emmanuel Macron mendukung seorang guru yang menampilkan karikatur Nabi Muhammad dan menyebutkan sebagai 'kebebasan berekspresi'. Bahkan, ia menilai agama Islam tengah mengalami krisis di seluruh dunia.

Indonesia salah satu negara yang mengecam pernyataan Macron dan menyerukan boikot produk Prancis. Sehingga, tak heran kemudian Danone Aqua ikut kena imbas karena disebut-sebut sebagai salah satu produk Prancis.

Padahal, menurut Corporate Communications Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin berbagai produknya sudah lama dikembangkan dan diproduksi oleh tenaga kerja di Indonesia. Sehingga dirinya yakin produknya sudah sangat dipercaya di Indonesia.

"Produk-produk kami seperti SGM dan AQUA, adalah produk-produk yang dikembangkan dan diproduksi di Indonesia oleh tenaga kerja Indonesia untuk konsumen Indonesia. SGM sudah hadir sejak 1965, Aqua juga hadir sejak 1973 di Indonesia dan telah menjadi kepercayaan banyak konsumen sampai sekarang," kata Arif melalui keterangan tertulis kepada detikcom, Senin (2/11/2020).

3. Bukalapak

Sedangkan, boikot dalam konteks politik Pilpres dialami oleh Bukalapak. Bukalapak saat itu diboikot oleh kubu pendukung pasangan Pilpres 2019, Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin.

Awalnya, CEO dan founder Bukalapak Achmad Zaky mencuit lewat akun Twitter-nya, @achmadzaky, pada Kamis (15/2) kemarin. Dia mencuit kritik tentang anggaran penelitian dan pengembangan (research and development/R&D) Indonesia. Kritiknya memuat istilah 'presiden baru'. Berikut cuitannya:

"Omong kosong Industri 4.0 kalau budget R&D negara kita kaya gini (2016, in USD) 1. US 511B 2. China 451B 3. Jepang 165B 4. Jerman 118B 5. Korea 91B 11. Taiwan 33B 14. Australia 23B 24. Malaysia 10B 25. Spore 10B 43. Indonesia 2B. Mudah2an presiden baru bisa naikin," cuit Zaky.

Warganet berang. Tagar #uninstallbukalapak bergema di jagat media sosial. Tagar untuk menyerukan pencopotan aplikasi toko online milik Zaky itu menjadi trending topic di Twitter. Zaky mengaku kaget cuitannya itu menjadi viral di tahun politik ini. Dia menjelaskan, istilah 'presiden baru' bukan ditujukan untuk satu orang saja, tapi siapapun yang bakal jadi presiden produk Pilpres 2019 nanti, bisa Jokowi dan bisa juga yang lain. Zaky meminta maaf atas cuitannya sendiri.

4. Sari Roti

Tak hanya JNE, Danone Aqua dan Bukalapak saja yang pernah kena boikot, Sari Roti juga mengalami hal serupa.

Per 2 Desember 2016 lalu, Aksi Bela Islam 212 berlangsung di Jakarta. Ustaz kondang Abdullah Gymnastiar mengunggah gambar dan tulisan di akun Twitter @aagym, pada 3 Desember 2016. Gambar itu memperlihatkan seorang pedagang roti 'Sari Roti' yang menempelkan kertas bertuliskan 'Gratis untuk mujahid' di kaca kotak dagangannya. Ada pula kabar-kabar lain yang memberi informasi serupa.

Per 6 Desember 2016, produsen Sari Roti, PT Nippon Indosari Corpindo Tbk, membantah terlibat dalam aksi bagi-bagi roti saat aksi 2 Desember di Monas. Bagi-bagi roti Sari Roti gratis saat itu merupakan aksi dari konsumen.

"Dengan tidak mengurangi apresiasi kami atas Aksi Super Damai kemarin, dengan ini kami sampaikan bahwa PT Nippon Indosari Corpindo Tbk tidak terlibat dalam semua kegiatan politik. Kemunculan informasi mengenai pembagian produk Sari Roti secara gratis oleh penjual roti keliling (hawker tricycle), merupakan kejadian yang berada diluar kebijakan dan tanpa seizin PT Nippon Indosari Corpindo Tbk," tulis perusahaan itu dalam keterangannya.

Klarifikasi dari perusahaan yang menaungi Sari Roti justru menuai boikot di jagat media sosial internet. Tanda pagar #boikotsariroti muncul saat itu. Namun ada pula tagar #savesariroti yang muncul sebagai reaksi boikot itu.

5. Traveloka

Perusahaan aplikasi pemesan tiket, Traveloka, juga pernah menjadi sasaran boikot. Namun ada unsur salah sasaran dalam seruan boikot terhadap Traveloka ini.

Tagar #BoikotTraveloka bertengger di trending topics Twitter Indonesia pada 14 November 2017 lalu. Sebabnya adalah aksi walk out pianis Ananda Sukarlan saat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berpidato di acara peringatan 90 tahun berdirinya Kolese Kanisius di JIExpo Kemayoran, empat hari sebelumnya.

Pendiri Traveloka, Derianto Kusuma, tak nampak di acara itu. Absennya Derianto memunculkan asumsi bahwa bos Traveloka juga mendukung aksi Ananda Sukarlan untuk WO saat Anies Baswedan berpidato. Informasi ini kemudian memancing sebagian netizen untuk melakukan aksi boikot Traveloka. Hashtag #BoikotTraveloka bertengger menjadi salah satu trending topic Twitter Indonesia.

Pihak Traveloka pun angkat suara atas aksi boikot yang diterimanya. Akhirnya diketahui, Derianto memang tak hadir di acara itu bukan karena alasan politis melainkan karena dia sedang ada acara lain.

"Traveloka turut berbangga bahwa salah satu pendiri kami bapak Derianto Kusuma, menerima penghargaan dari alumni Kanisius. Akan tetapi beliau berhalangan hadir dikarenakan beliau sedang melakukan perjalanan dinas yang telah direncanakan beberapa bulan sebelumnya. Jadi kalau dibilang ada pak Deri di sana dan disebut memberikan dukungan (kepada Ananda), beliau tidak ada di situ," kata PR Manager Traveloka Busyra Oryza saat itu, mengklarifikasi.


Hide Ads