Dalam membangun sebuah bisnis, networking itu menjadi hal yang sangat penting dan berpengaruh bagi keberlangsungan usaha. Setidaknya itu yang dirasakan oleh Direktur Program Syncronize Festival Kiki Aulia Ucup.
Dalam acara Xtraordinary Festival yang disiarkan secara live streaming di detikcom, Ucup mengungkapkan networking yang ia bangun sejak kuliah sangat berpengaruh bagi program ia bangun sejak 2016 lalu. Selain itu, ia juga membangun networking melalui komunitas-komunitas yang ia ikuti selama bertahun-tahun.
"Betul. Modalnya networking doang apa yang gue jalankan saat ini sebenarnya. Banyak beratnya, start-nya dari anak band juga, karena memulai dari ikut-ikutan komunitas. Bahkan awalnya gue jadi teknisi waktu itu sampai akhirnya gue sampai di industri yang gue jalanin sekarang," ungkap Ucup, Rabu (16/12/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain networking, membangun bisnis juga memerlukan keberanian dan modal baik ilmu maupun finansial. Seorang sutradara Indonesia Angga Dwimas Sasongko dalam acara tersebut juga berceritas saat awal ia memulai perusahaannya yaitu Visinema Pictures.
"Waktu itu masih 19 tahun, bahkan masih kuliah udah jadi profesional di penyutradaraan tapi ya tentu nggak mudah. Sampai gue harus bikin Visinema di 2008, gue harus bikin perusahaan sendiri karena pada saat itu nggak ada yang percaya sama gue. Jadi, ya gue perlu kapal sendiri supaya punya dayungnya sendiri. Ya akhirnya gue mulai Visinema dengan modal yang kecil mulai di garasi rumah teman," ceritanya.
Meski bermodal kecil dan harus menghadapi badai yang cukup berat di awal berdirinya, akhirnya Visinema pun menjadi rumah produksi film ternama saat ini. Menurut Angga, hal itu bisa terjadi berkat konsistensi yang ia terapkan dari awal perusahaan berdiri.
"Kita udah 12 tahun dan kalau bisa dibilang yang kita lakukan sebenarnya satu si, berusaha untuk konsisten, itu aja. Sampai akhirnya karena konsistensi itu kesuksesannya datang," tukasnya.
Baca juga: NET 89 Berkembang Pesat pada Masa Pandemi |
Senada dengan Angga, CEO dan Founder Cottonink Carline Darjanto juga memulai bisnisnya dengan modal yang tidak besar. Namun, pada akhirnya Cottonink bisa menjadi brand yang dikenal dengan produk-produk fashion wanita yang berkualitas.
"Kita juga udah 12 tahun as a brand, awalnya semuanya itu start small. Jadi kita bukan yang punya investor, kita self funding. Jadi kita ya muterin uang yang ada aja tanpa pinjaman. Dan itu kebetulan berhasil. Tantangan pasti selalu ada. Membentuk tim yang cocok, membentuk company culture yang sesuai. Dan bagaimana bisa dikenal oleh wanita Indonesia yang memiliki kualitas yang baik," paparnya.
Baginya, waktu 12 tahun ini seperti jenjang sekolah. Di setiap tahunnya ia selalu memiliki target untuk naik kelas. Oleh karena seiring berjalannya tahun juga semakin banyak inovasi dan produk kolaborasi yang dihadirkan oleh Cottonink
"Dari tahun ke tahun ini semacam sekolah, jadi 6 tahun pertama tuh semacam kelar SD, dan sekarang kita menuju SMP dan SMA dan mungkin kuliah. Jadi memang saya dan partner berpikir kita harus naik kelas setiap tahun," pungkasnya.
Dari cerita ketiga tokoh di atas, dapat diketahui membangun brand bukanlah pekerjaan yang mudah tapi bisa diusahakan. Keberanian untuk memulai bisnis itu yang terkadang menjadi batu besar saat berada di awal.
Namun melalui acara Xtraordinary Festival kolaborasi XL Prioritas dan detikcom ini diharapkan bisa menjadi pemicu para anak-anak muda untuk memulai bisnis melalui kisah atau cerita dari para narasumber yang dihadirkan.
(mul/ega)