Pebisnis Ini Bayar Tunggakan Listrik 114 Orang Asing, Ini Alasan di Baliknya?

Pebisnis Ini Bayar Tunggakan Listrik 114 Orang Asing, Ini Alasan di Baliknya?

Vadhia Lidyana - detikFinance
Kamis, 17 Des 2020 14:03 WIB
PLN mengerahkan petugas untuk memastikan kesesuaian tagihan rekening listrik penggunanya.
Ilustrasi Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Pebisnis asal Florida, Amerika Serikat (AS) yang bernama Michael Esmond menyumbangkan pendapatannya untuk membayar tagihan listrik 114 keluarga. Ratusan keluarga yang ditolong Esmond itu karena sudah menunggak tagihan lebih dari 2 bulan, dan aliran listriknya terancam diputus.

Esmond yang memiliki bisnis pembuatan kolam renang dan spa di Kota Gulf Breeze, Florida memang sebelumnya juga pernah melakukan hal yang sama. Ia berupaya membantu warga setempat yang perekonomiannya tergerus akibat pandemi virus Corona (COVID-19), dan juga Badai Sally yang menghancurkan kota pada pertengahan September lalu.

Untuk menutupi tunggakan 114 keluarga itu, Esmond merogoh kocek sebesar US$ 7.615,4 atau setara Rp 107 juta (kurs Rp 14.100).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tahun lalu, Esmond juga membayar tagihan listrik atas 36 keluarga di Gulf Breeze. Dengan 2 peristiwa ganas yang terjadi tahun ini, ia merasa harus meningkatkan donasinya.

"Tahun ini bagi saya mungkin lebih berarti dibandingkan tahun lalu dengan pandemi dan semua orang yang kehilangan pekerjaan terpaksa berdiam di rumah. Begitu juga Badai Sally yang menghantam kami dan melukai banyak orang. Hingga saat ini, masih banyak rumah yang hancur dan hanya ditutupi atap terpal," kata Esmond dikutip dari CNN, Kamis (17/12/2020).

ADVERTISEMENT

Esmond mengatakan, ia mengalami keberuntungan di tahun 2020 ini, karena bisnisnya sedang bagus. Namun, ia pun merasa malu ketika mengungkapkan hal tersebut, pasalnya keberuntungannya terjadi di kala orang-orang lain kesulitan.

"Saya mengalami tahun yang baik, dan itulah mengapa saya ingin berbagi apa yang saya miliki kepada orang-orang yang membutuhkannya," katanya.

Ia bercerita, pada tahun 1980-an dirinya juga pernah pada posisi yang sama. Bahkan, ia harus melalui musim dingin tanpa adanya listrik, karena aliran diputus setelah ia tak mampu melunasi tagihan yang membengkak.

"Saya juga pernah berada di posisi yang sama dengan orang-orang hari ini, di mana saya kesulitan membayar tagihan dan membesarkan tiga anak perempuan. Perusahaan gas mematikan aliran gas ke rumah kami, dan kami tidak punya pemanas," ujar pria berusia 74 tahun itu.

Ia mengaku, kala itu merupakan musim dingin yang paling dingin selama hidupnya, di mana suhu hanya 1 digit, dan ia tak punya pemanas.

"Saya bisa merasakan penderitaan orang-orang dan tidak mampu membayar tagihan. Itu mungkin salah satu motivasi terbesar bagi saya, karena saya pernah ada di posisi yang sama," pungkasnya.

(zlf/zlf)

Hide Ads