Kewajiban tes PCR untuk wisatawan yang mau ke Bali jadi sorotan. Belum lama setelah diumumkan, langsung menimbulkan aksi pembatalan paket perjalanan atau refund dari banyak calon penumpang.
Hal itu dibenarkan oleh Sekretaris Jenderal Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Pauline Suharno. Ia tak menampik bahwa kebijakan itu telah merugikan banyak agen travel meskipun mereka juga bekerja sama dengan para penyedia layanan tes COVID-19.
"(Merugikan) Pastinya. Cuma kami belum ada data berapa banyak yang melakukan refund," kata Pauline kepada detikcom, Kamis (17/12/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kebanyakan penumpang yang memilih refund karena memang tak sanggup membayar biaya PCR yang terbilang cukup mahal.
"Biayanya terlalu memberatkan untuk traveller terutama karena (kalau mau murah) harus menunggu hasil 2x24 jam, balik lagi kalau pas kena weekend kan harus minta hasil cepat yang umumnya dikenakan charge-lebih," timpalnya.
Namun, menurut Pauline, para agen travel tetap punya cara untuk bertahan. Salah satunya dengan cara membujuk para penumpang agar tidak melakukan refund.
"Sebisanya kami usahakan membujuk terutama untuk client yang kami tahu masih 'sanggup'," katanya.
Selain itu, banyak agen travel yang bekerja sama dengan penyedia layanan tes COVID-19, jadi penumpang bisa diarahkan ke penyedia layanan yang bekerja sama dengan mereka agar bisa dapat harga lebih murah.
"Jadi kalau yang mau berangkat ya kita tawarkan ambil PCR/antigen/rapid sekalian di travel agent. Astindo sendiri ada kerjasama dengan Prodia, RSIA Kartika Pulomas, Bumame, RSIA Bunda yang memberikan harga khusus kepada travel agent, sehingga agent bisa menawarkan fasilitas tersebut kepada penumpang untuk mempermudah," paparnya.