Pemerintah meluncurkan program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) yang merupakan inti dari program percepatan penggunaan mobil-motor listrik. Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, melalui program ini, pemerintah menargetkan penghematan devisa hingga US$ 1,8 miliar atau setara Rp 25,41 triliun (kurs Rp 14.100).
Penghematan itu berasal dari target pengurangan impor bahan bakar fosil alias BBM setara 77.000 barel per hari, dan dapat menurunkan CO 2 sebesar 11,1 juta ton CO2-e.
Untuk mencapai target itu, maka diperlukan sekitar 2 juta unit kendaraan roda empat atau mobil, dan 13 juta unit kendaraan roda dua atau motor yang berbahan bakar listrik di tahun 2030.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dasar pemikiran Program KBLBB tersebut adalah untuk meningkatkan Ketahanan Energi Nasional dengan mengurangi ketergantungan impor BBM, yang akan berdampak positif dalam pengurangan tekanan pada Neraca Pembayaran Indonesia akibat impor BBM," tutur Arifin, dalam keterangan resminya, Kamis (17/12/2020).
Kementerian ESDM mencatat, konsumsi BBM Indonesia saat ini mencapai 1,2 juta barel per hari, yang sebagian besar dipasok dari impor. Jika produksi kendaraan bermotor terus naik, maka angka itu akan semakin membesar.
"Oleh karena itu diperlukan penggunaan sumber energi lokal terutama energi baru terbarukan dan gas, yang digunakan untuk pembangkit listrik sebagai penyedia listrik bagi KBLBB.Sehingga dapat meningkatkan kualitas udara dan mendukung pencapaian target pengurangan emisi Gas Rumah Kaca nasional," imbuh Arifin.
Melalui peluncuran KBLBB, pemerintah mendapat komitmen dari pelaku usaha terkait penyediaan mobil listrik sebanyak 19.000 unit, dan motor listrik sebanyak 750.000 unit di tahun 2025. Dengan jumlah ini, maka tercatat potensi penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 283 ribu ton CO2-e.