Tagar #BoikotJNE sempat menggema di Twitter. Sebab, perusahaan logistik itu dituding terafiliasi dengan ormas tertentu yang sedang jadi sorotan. Hal itu bermula dari ucapan selamat ulang tahun untuk JNE dari Haikal Hassan.
Akhirnya bermunculan isu-isu liar yang dialamatkan kepada JNE, mulai dari tudingan mendanai teroris hingga Haikal Hassan yang disebut sebagai pemegang saham perusahaan. Bagaimana fakta sebenarnya?
1. Tegaskan Tak Danai Teroris
Pihak manajemen pun langsung membantah tuduhan telah mendanai teroris maupun ormas-ormas yang merugikan masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"JNE katanya mendukung teroris dan gerakan radikal. Kembali lagi JNE tidak pernah berafiliasi dengan lembaga apapun organisasi yang merugikan masyarakat," kata VP of Marketing JNE Eri Palgunadi.
Manajemen JNE didampingi oleh pengacara kondang Hotman Paris. Lalu Hotman menanyakan apakah JNE pernah memberi dana ke aliran-aliran keras. Lantas JNE membantah. Lalu Hotman menantang apakah ada orang-orang yang dapat membuktikan jika JNE mendukung teroris.
"Mungkin kalau ada yang bisa membuktikan silakan, kita tantang hari ini," ujar Hotman.
2. Haikal Hassan Bukan Pemegang Saham
Salah satu isu yang menerpa JNE soal beredarnya informasi bahwa Haikal Hassan salah satu pemegang saham di perusahaan itu. JNE pun membantah.
"Tidak pernah ada kaitan Haikal Hassan di dalam saham," kata Eri Palgunadi.
Lalu, Presiden Direktur JNE Mohammad Feriadi pun menjelaskan struktur pemegang saham di perusahaan tersebut, yang terdiri dari 6 orang. Pertama, dirinya sendiri yang mewakili keluarga besar almarhum Haji Soeprapto Suparno. Kedua, Johari Zein. Ketiga, Chandra Fireta.
"Jadi, ada 3 lagi pemegang saham di JNE, ada Bapak Marselinus Kuncoro Adi, kemudian ada Ibu Hui Mariawati, kemudian ada keluarga almarhum Bapak Haji Sulasmo Suparno yang sekarang ini diberikan kepada putri almarhum Ibu Mirta Akbari," paparnya.
3. Duga Ada Motif Persaingan Usaha
Mohammad Feriadi mengendus adanya motif persaingan bisnis di balik masifnya tagar #BoikotJNE di Twitter. Sebab hal itu ramai pada 11 Desember 2020, sehari sebelum perhelatan Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) 12.12.
Mengapa dirinya menyimpulkan seperti itu? Karena Harbolnas merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh perusahaan logistik, di mana ketika belanja online meningkat maka jasa pengiriman barang ikut kecipratan cuan.
"Perlu juga saya sampaikan di sini, di bulan Desember ini ada satu tanggal di mana pada tanggal tersebut yaitu 12.12, perusahaan logistik pasti akan menunggu tanggal tersebut, kenapa? karena pada tanggal tersebut itu terjadi Harbolnas, di mana banyak bisnis online melakukan promo-promo," kata dia.
"Kami menduga, sekali lagi kami menduga bahwa ini semua dikaitkan adanya persaingan usaha," sebutnya.
(toy/ara)