Alibaba buka suara atas teknologi sistem pengenalan wajah yang mereka gunakan untuk mengidentifikasi etnis tertentu. Sistem tersebut dikembangkan melalui divisi Alibaba Cloud.
Melansir CNN, Senin (21/12/2020) pihaknya menghentikan aktivitas identifikasi wajah berdasarkan etnis tersebut.
Perusahaan teknologi China tersebut buka suara setelah The New York Times dan IPVM melaporkan divisi dari Alibaba menunjukkan kepada kliennya mengenai teknologi untuk mengidentifikasi etnis Uyghur melalui video dan gambar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kecewa mengetahui bahwa Alibaba Cloud mengembangkan teknologi pengenalan wajah di lingkungan pengujian yang memasukkan etnisitas sebagai atribut algoritma untuk menandai citra video," kata Alibaba dalam sebuah pernyataan.
Tapi Alibaba tidak menyebut Uyghur dalam pernyataannya, dan tidak menjelaskan untuk apa sistem tersebut dibuat. Terlepas dari itu pihaknya menekankan teknologi itu terbatas pada uji coba, dan tidak digunakan oleh pelanggan mana pun.
"Kami tidak pernah bermaksud menggunakan teknologi kami dan tidak akan mengizinkannya digunakan untuk menargetkan kelompok etnis tertentu," kata perusahaan itu. "Kami telah menghilangkan semua label etnis dalam penawaran produk kami," jelasnya.
China memang telah lama dituduh menindas Uyghur dan kelompok minoritas Muslim lainnya, terutama di wilayah Xinjiang barat negara itu.
Departemen Luar Negeri AS memperkirakan bahwa sejak 2015, sebagian besar Muslim Uyghur dan minoritas Turki lainnya telah dipenjara di kamp pendidikan yang sangat besar di Xinjiang. Beijing telah lama membela tindakan keras di Xinjiang yang diperlukan untuk mengatasi ekstremisme dan terorisme.
Meskipun Alibaba bersikeras bahwa teknologi itu tidak diluncurkan secara komersial, namun menurut The New York Times, perusahaan secara eksplisit memuji pelanggan di situs web yang mempromosikan layanan cloud-nya.
"Situs web Alibaba untuk bisnis komputasi awannya menunjukkan bagaimana klien dapat menggunakan perangkat lunaknya untuk mendeteksi wajah (Uyghur) dan etnis minoritas lainnya dalam gambar dan video, menurut halaman di situs tersebut," tulis Times.
Ketika Times menanyai Alibaba tentang masalah tersebut, perusahaan teknologi itu mengedit situs webnya untuk menghapus referensi. Alibaba menolak berkomentar tentang masalah tersebut.
(toy/zlf)