Kreativitas kadang memang tak kenal batas. Hal ini dibuktikan oleh salah satu pemuda asal Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur, Darius Tunabenani (30). Meskipun tinggal di perbatasan wilayah Indonesia-Timor Leste, Darius tetap tak berhenti berkreasi menciptakan sebuah seni.
Sejak 2017, Darius mulai menekuni mengubah sampah-sampah yang ada di Malaka menjadi sebuah karya seni. Hingga akhirnya ia membuat sebuah tempat kerja sekaligus mini pameran bernama 'Bengkel Kreatif 5-Jari'.
"Kenapa saya namakan bengkel karena bengkel itu kan identik dengan reparasi ya. Artinya mengubah sesuatu. sebenarnya banyak yang tanya kenapa nggak kasih nama rumah kreatif. Tapi di sini saya mengubah sesuatu dari sampah dengan lima jari, artinya masih original dengan tangan saya sendiri," ujarnya kepada detikcom baru-baru ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kreativitas Darius tentunya tak datang begitu saja. Sebelumnya, Darius sempat kuliah seni di Kupang, namun lantaran kurangnya biaya ia harus berhenti kuliah. Saat kembali ke Malaka, Darius akhirnya terpikir untuk mengubah sampah-sampah organik menjadi seni tempel.
"Sampah-sampah yang di daur ulang di sini tuh mulai dari sampah organik seperti daun kering, potongan-potongan kayu, serbuk kayu juga bahan-bahan lain," katanya.
Adapun untuk daun-daunnya sendiri Darius mengatakan lebih sering menggunakan sampah daun nangka. Mengingat di Malaka daun nangka cukup mudah ditemukan dan memiliki tekstur lebih bagus untuk seni tempel.
![]() |
Untuk proses pembuatannya sendiri, ia menjelaskan daun-daun tersebut perlu dikeringkan terlebih dahulu. Dalam sehari, Darius mengatakan bisa membuat dua karya seni tempel. Konsep karya seni yang dibuat pun tak jauh dari budaya-budaya lokal Malaka dan NTT.
"Kalau proses pembuatannya satu hari bisa dapat dua karya karena dia butuh dijemur juga, terus dipotong-potong kadang dicuci juga. Daun-daunya dikasih keras itu satu hari," katanya.
"Kalau untuk konsepnya saya lebih ke lokal ya menceritakan budaya-budaya sini contohnya perempuan-perempuan di sini, tentang adat istiadat. Latar belakangnya ingin memperkenalkan budaya sini juga ke luar," imbuhnya.
Sementara itu dalam memasarkan produknya, Darius mengatakan dirinya menggunakan media sosial seperti Facebook dan Instagram, serta melalui Lembaga Swadaya Masyarakat di Malaka. Soal harga, Darius juga menyebut harga karyanya berkisar antara Rp 20.000 - Rp 50.000 bergantung pada media yang digunakan.
Dalam satu hari, Darius mengaku bisa menjual 15-20 karya seni, namun semenjak pandemi dirinya mengatakan ada penurunan penjualan sekitar 50 persen. Oleh karena itu, ia mengatakan sekarang hanya bermodal dari berjualan online dan melalui teman-temannya.
"Itu dampaknya sangat besar sekali karena banyak kegiatan ekspor yang stop, baik dari pemerintah atau LSM. Jadi, kita selain di media sosial kita juga menawarkan lewat teman dengan berkunjung ke cafe di Atambua dan Kupang," paparnya.
Selama berjualan online, Darius mengaku sangat terbantu dengan adanya BRI sehingga jual beli lukisannya menjadi lancar. Apalagi di Malaka, khususnya di area Kecamatan Kobalima, hanya bank BRI yang sangat dekat dengan rumahnya.
"Saya sangat terbantu dengan layanan BRI, khususnya untuk pembayaran lukisan untuk penjualan online. Jadi, jualan online selama pandemi pun tetap lancar," katanya.
![]() |
Bukan hanya itu saja, baru-baru ini Darius juga mengatakan telah melakukan pinjaman KUR kepada BRI untuk mengembangkan usahanya. Mengingat menjelang natal biasanya ia mengalami lonjakan pesanan.
"Baru-baru saya diberi pinjaman dari BRI untuk membantu memperbesar usaha saya. Ini sangat membantu sekali apalagi bentar lagi natal, biasanya pesanan juga banyak," ungkapnya.
Di ulang tahun yang ke-125 pada tahun ini, BRI hadir di perbatasan dengan tema BRILian memudahkan masyarakat melakukan transaksi perbankan, termasuk bagi masyarakat Kecamatan Kobalima, Kabupaten Malaka. BRI juga menghadirkan KUR hingga menyalurkan BPUM untuk membantu UMKM sekitar.
detikcom bersama BRI mengadakan program Tapal Batas yang mengulas mengenai perkembangan infrastruktur, ekonomi, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan khususnya di masa pandemi. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus beritanya di tapalbatas.detik.com.
(ega/dna)