Generasi Z (Gen Z) disebut-sebut sebagai generasi yang paling konsumtif. Hal itu bisa dilihat dari perkembangan jenis saham yang terjadi saat ini.
Gen Z sendiri merupakan mereka yang lahir di tahun 1996 hingga 2016. Mereka lebih mudah dari generasi milenial yang lahir dalam rentang tahun 1980 sampai 1995.
Melansir CNBC, Senin (28/12/2020), dalam laporan Bank of America (BofA) baru-baru ini mengatakan bahwa Gen Z akan menjadi 'generasi paling mengganggu yang pernah ada dalam sejarah'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka saat ini sudah mulai memasuki dunia kerja untuk pertama kalinya, dan BofA mengatakan pendapatan mereka akan melampaui pendapatan generasi milenial pada tahun 2031. Pendapatan mereka akan meningkat dengan adanya 'The Great Wealth Transfer' dari kelompok yang lebih tua. Namun hal itu hanya akan membuat mereka lebih konsumtif.
Dalam podcast baru-baru ini oleh konsultan manajemen McKinsey & Company, Bo Finneman diungkap bahwa seiring dengan perkembang populasi Gen Z akan mencapai skala puncaknya dalam 10-15 tahun ke depan.
"Kami benar-benar memandang mereka sebagai influencer inti saat ini yang memiliki dampak yang sangat besar bagi generasi millennial dan Gen-X dalam hal apa yang mereka beli," ucapnya.
Salah satu cara paling mudah untuk mengukur tren konsumen adalah dengan melihat apa yang membentuk indeks pasar saham.
"Pada akhirnya, komposisi indeks ekuitas seperti S&P 500 merupakan cerminan bagaimana konsumen membelanjakan uangnya," kata Kepala Peneliti di bank Julius Baer.
Hal itu juga tercermin dari perkembangan dari kelompok saham yang bernama FAANG yakni Facebook, Amazon, Apple, Netflix, dan Google (Alphabet). Saham perusahaan itu naik seiring dengan meningkatnya pengeluaran masyarakat untuk cloud computing, AI dan video streaming.
Menurut hasil survei bank investasi Piper Sandler, sebanyak lebih dari setengah remaja AS yang berjumlah 9.800 orang mengatakan Amazon adalah situs web e-commerce favorit mereka. Lebih dari empat per lima dari mereka memiliki iPhone dan 89% di antaranya sangat ingin mempunyai iPhone.
Banyak investor profesional telah memperingatkan tentang kenaikan harga saham perusahaan teknologi besar.
Peter Garnry, kepala strategi ekuitas di Saxo Bank, mengatakan bahwa pertumbuhan ini masih dapat berlanjut untuk beberapa waktu ke depan, mengingat investor yang lebih muda sebenarnya tidak melihat valuasi saham-saham tersebut melainkan membeli perusahaan berdasarkan sosok perusahaannya.
Video game juga merupakan sektor lain yang memiliki potensi besar karena mendapatkan keuntungan dari daya beli konsumen Gen Z. Laporan BofA menunjukkan bahwa 90% pengguna industri video game merupakan Gen Z.
Adam Vettese, analis di platform investasi eToro, merekomendasikan saham perusahaan game Activision Blizzard. Perusahaan itu sudah memiliki sederet game ternama seperti Call of Duty dan franchise Crash Bandicoot. Pada kuartal ketiga tahun ini jumlah pemain gamenya meningkat 23% dibanding tahun lalu.
(das/dna)