Pengusaha hotel menilai akan ada dampak dari pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Jawa-Bali mulai 11 - 25 Januari 2020. Meski demikian aturan tersebut tetap harus dijalankan.
Wakil Ketua PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) Semarang Benk Mintosih mengatakan untuk okupansi kamar hotel memang sudah berpengaruh sejak awal pandemi. Sedangkan untuk PPKM mendatang pengaruhnya terasa pada kegiatan rapat dan pertemuan.
"Untuk menginap memang berkurang dibanding sebelum pandemi. Kalau libur akhir tahun kemarin sekisaran 60 sampai 75 %, kalau tahun lalu 100%," kata Benk saat dihubungi detikcom, Jumat (8/1/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau Januari baru kisaran 15 sampai 20%. Hotel dikatakan sehat jika tingkat huni mulai 60%," imbuhnya.
Terkait dampak PPKM menurut Benk mempengaruhi jumlah perjalanan yang ditunda dan itu juga berpengaruh pada pertemuan atau rapat di hotel. Banyak yang sudah dibatalkan karena selama dua minggu PPKM tidak ada pertemuan, namun Benk belum tahu detail jumlahnya.
"Secara umum banyak yang dibatalkan. Walaupun Januari memang biasanya belum banyak meeting. Ya kita mendukung itu kan arahan dari pusat. Semoga setelah ini kita bisa bergerak bersama-sama," ujar Benk.
Ia pun berharap ada stimulus untuk bisnis hotel karena adanya dampak Pandemi. Benk mencontohkan stimulus bisa berupa pembebasan pajak misal bulan Januari. Stimulus pernah diberikan pemerintah dan itu sangat membantu.
"Yang perlu dilakukan itu stimulus, misal Januari bebasin pajak," katanya.
Sementara itu PPKM akan dilakukan di beberapa daerah di Jawa Tengah. Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengatakan dampak ekonomi dan pariwisata memang ada, namun PPKM bukan pelarangan kegiatan namun pembatasan kegiatan.
"Pariwisata mohon maaf ya, anda akan rugi. Itu kita omongkan, kita jangan tipu-tipu lagi. Sebab kalau kemudian 'tenang ya anda masih akan oke', enggak mungkin," kata Ganjar via daring hari Kamis (7/1) kemarin.