Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sebentar lagi akan meninggalkan kursi jabatannya. Ada yang menarik ketika hal itu terjadi, Donald Trump akan menjadi satu-satunya presiden AS yang melepaskan jabatan dengan tingkat pengangguran yang jauh lebih tinggi dari saat dia dilantik.
Melansir Reuters, Sabtu (9/1/2021), Trump dinilai meremehkan wabah COVID-19 saat pertama kali pandemi muncul. Dia terlambat untuk melakukan antisipasi untuk mengurangi dampak dari pandemi yang lebih buruk. Meskipun dia sudah melakukan berbagai program bantuan.
Kini Donald Trump kalah dalam pilpres keduanya. Padahal dia berharap bisa membenahi permasalahan pengangguran yang menurutnya gelombang lapangan kerja muncul di saat jabatannya yang kedua.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kementerian Tenaga Kerja AS pada hari Jumat waktu setempat mengumumkan bahwa total jumlah pekerja di AS pada bulan Desember turun sebanyak 140.000 menjadi 142,6 juta. Angka jumlah pekerja itu juga turun sekitar 10 juta lebih dari posisi sebelum pandemi virus corona melanda.
Donald Trump akan meninggalkan kantor Presiden AS pada 20 Januari 2021. Pada tahun terakhir Trump menjabat juga diwarnai dengan superlatif ekonomi, yang secara efektif semuanya disebabkan oleh COVID-19 dan gelombang pembatasan kegiatan bisnis dan aktivitas yang diberlakukan.
Wabah yang sekarang telah menginfeksi hampir 21,5 juta penduduk AS dan menewaskan lebih dari 365.000 orang memicu resesi tercepat dan terdalam dari era pasca-Perang Dunia Kedua.
Tingkat pengangguran meroket dari level terendah setengah abad 3,5% pada Februari 2020 menjadi 14,8% hanya dalam dua bulan. Karena lebih dari 22 juta orang kehilangan pekerjaan.
Meski begitu, catatan buruk terkait pengangguran ini bukan hanya dialami oleh Donald Trump. Presiden George W. Bush dan Presiden George H. W. Bush juga mengakhiri masa jabatan dengan tingkat pengangguran yang lebih tinggi dari posisi saat mereka dilantik. Mereka bertiga sama-sama berasal dari Partai Republik.
Selama tiga tahun pertamanya menjabat, Donald Trump sering menunjuk pada peningkatan pasar kerja untuk kulit hitam dalam pidatonya. Dia mengklaim tidak ada presiden Amerika lain yang telah berbuat banyak untuk meningkatkan nasib orang Afrika-Amerika.
Beberapa data mendukung hal itu. Tingkat pengangguran kulit hitam pada akhir 2019 memang turun menjadi 5,2%, angka itu terendah sejak Kementerian Tenaga Kerja mulai melakukan penghitungan kriteria itu.
Pada Desember 2019, tingkat ketenagakerjaan kulit hitam di seluruh negeri telah meningkat sebesar 8,1% dari sebelumnya. Sebaliknya, pertumbuhan pekerjaan selama rentang tersebut untuk kulit putih adalah 3,3%, meskipun dari basis yang jauh lebih besar.
Tetapi COVID-19 menghapus semua torehan positif itu. Sementara tingkat pekerjaan warga Kulit Hitam semakin turun dan mendekati di masa awal jabatan Trump.
(das/hns)