Pesawat Sriwijaya Air lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta Jakarta, kemudian pesawat naik ke ketinggian 10.900 kaki dalam waktu empat menit tetapi kemudian mulai menukik tajam dan berhenti mengirimkan data 21 detik kemudian.
"Ada banyak suara yang dibuat tentang kecepatan penurunan terakhirnya. Ini indikasi dari apa yang terjadi, tapi kenapa itu terjadi masih perkiraan. Ada banyak cara agar Anda bisa menurunkan pesawat dengan kecepatan itu," kata pakar investigasi kecelakaan udara yang berbasis di Australia Geoff Dell.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan penyelidik akan melihat faktor-faktor termasuk kegagalan mekanis, tindakan pilot, catatan perawatan, kondisi cuaca, serta apakah ada gangguan yang melanggar hukum dengan pesawat.
Sementara itu, Kepala eksekutif Sriwijaya Air mengatakan pada hari Sabtu bahwa pesawat yang jatuh dalam kondisi baik. Seperti maskapai lainnya, Sriwijaya telah memangkas jadwal penerbangannya selama pandemi COVID-19, yang menurut para ahli akan diperiksa sebagai bagian dari penyelidikan.
"Tantangan yang dihadapi pandemi berdampak pada keselamatan penerbangan. Misalnya, pilot/teknisi dikurangi, gaji tidak dibayar penuh, pesawat di-grounded," kata analis penerbangan Indonesia Chappy Hakim.
(fdl/fdl)