Indonesia merupakan negara yang potensi pertanian sayurnya masih besar. Termasuk sayuran dengan metode hidroponik atau menggunakan air.
Apalagi WHO memproyeksi populasi masyarakat dunia akan mencapai 7 - 9 miliar jiwa penduduk pada 2050. Kemudian luas tanah akan berkurang hingga 50%.
Pendiri Hydrofarm Wirawan Hartawan mengungkapkan, luas tanah untuk tanaman pangan akan berkurang. Jika hal tersebut terjadi, maka manusia bisa kelaparan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Teknologi makin canggih, kita tidak perlu lahan yang besar untuk mendapatkan hasil produksi. Dua sampai tiga tahun ke depan semua akan ditanam bukan di lahan lagi, tapi di pabrik!. Tanam pakai lampu dan ke atas (vertikal)," ujar dia dalam program Ask d'boss detikcom.
Ke depan bertani bisa di dalam ruangan dan gudang-gudang akan menjadi tempat untuk membesarkan sayur-sayuran. Menurut bekas bos Dick Tarra ibi, saat ini di Indonesia teknologi pertanian masih tertinggal jauh dibandingkan dengan negara lain.
Walaupun memang sudah ada beberapa petani yang menggunakan teknologi. Namun jumlahnya tidak terlalu banyak.
Dia menyebut, celah ini yang membuat banyak petani dari luar negeri yang mengincar ingin masuk ke Indonesia. Seperti Jepang, Malaysia, Thailand sampai China.
Mereka mengincar wilayah Jawa Tengah sampai Pulau Bintan. Hal ini karena sempat ada salah satu perwakilan dari negara tersebut yang mengajaknya berdiskusi.
"Mereka mau masuk sini diskusi dulu sama kita. Karena kita yang paling mendekati dengan teknologi mereka. Mereka bilang mau bawa teknologi ke sini. Tapi apakah mereka sistemnya bisa sesuai dengan culture di sini?," jelas Wirawan.
Nah dari sinilah dia berupaya untuk mengajarkan para petani agar melek teknologi saat menggarap lahan taninya.
"Sudah banyak orang luar negeri itu datang mau investasi pertanian dengan teknologi. Cuma misi saya, saya nggak mau dijajah lagi sama orang luar negeri, kalau bisa made ini Indonesia semua. Kalau perlu kita bisa ekspor, jangan impor terus," jelas dia.
lanjut ke halaman berikutnya