Tarif Tol Naik Lagi, YLKI: Jalannya Masih Banyak yang Berlubang

Tarif Tol Naik Lagi, YLKI: Jalannya Masih Banyak yang Berlubang

Herdi Alif Alhikam - detikFinance
Minggu, 17 Jan 2021 12:30 WIB
Kendaraan melintasi Tol Jakarta Cikampek di KM 11, Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat (13/11/2020).  Tarif Tol Jakarta-Cikampek (Japek) bakal naik. Tarifnya bakal diintegrasikan dengan tarif Tol Japek Elevated II yang selama ini masih belum dikenakan tarif.
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Kenaikan sembilan tarif tol di Pulau Jawa mendapatkan sorotan dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI). Sorotan diberikan pada kurangnya perbaikan standar pelayanan minimum (SPM) oleh operator, pada jalan tol yang tarifnya mengalami kenaikan.

Menurut Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi, selama ini kebanyakan implementasi SPM di jalan tol tidak mengalami perbaikan, meski tarifnya naik. Tak terkecuali pada beberapa jalan tol yang baru naik tarifnya hari ini.

Peningkatan kualitas SPM sendiri sejauh ini memang dipersyaratkan bagi operator jalan tol yang tarifnya mau dinaikkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Setiap kenaikan tarif tol yang pertama harus digaris bawahi ini adalah inkonsistensi standar pelayanan minimum atau SPM, itu implementasinya selalu saja kurang pas. Bisa jadi yang baru naik ini juga sama," kata Tulus kepada detikcom, Minggu (17/1/2021).

Dia mengatakan masalah yang sering tidak mengalami perbaikan usai tarif tol naik mulai dari antrean panjang di loket pembayaran hingga kualitas jalan berlubang yang tak kunjung mengalami perbaikan.

ADVERTISEMENT

"Misalnya soal antrean di loket pembayaran, soal kecepatan rata-ratanya, kualitas jalannya masih banyak yang berlubang atau bergelombang juga. Jadi SPM ini jangan cuma jadi klaim operator saja," ujar Tulus.

Dia menilai agar kenaikan tarif jalan tol sesuai dengan kualitas pelayanan bagi masyarakat, mestinya ada audit dari pihak independen untuk menilai apakah SPM benar-benar mengalami perbaikan kualitas atau tidak.

"Seharusnya sih ada audit dari pihak independen, agar fair melihat mereka para operator ini patuhi soal SPM itu atau tidak," kata Tulus.

Pengamat transportasi dari MTI Djoko Setijowarno juga menyoroti soal perbaikan kualitas SPM yang minim dilakukan. Khususnya pada kualitas fisik jalan tol.

Menurut Djoko operator jalan tol saat ini sangat sering melakukan pekerjaan asal cepat dan jadi. Hal itu membuat kualitas jalan yang dibuat ataupun dibetulkan menjadi buruk, baru dipakai sebentar seringkali rusak kembali.

"Bicara SPM ya, saya akui jalan tol ini nggak kaya dulu, konsep pengerjaannya juga nggak kaya dulu. Kan kalau sekarang semua terlihat buru-buru. Jadi ya baru dibetulin atau baru dibuat nggak lama kemudian rusak juga," kata Djoko.

(zlf/zlf)

Hide Ads