Pedagang Tahu Tempe Beberkan Alasan Mogok Produksi di DPR

Pedagang Tahu Tempe Beberkan Alasan Mogok Produksi di DPR

Soraya Novika - detikFinance
Rabu, 20 Jan 2021 18:10 WIB
Penjual tempe di Pasar Kramat Jati mulai kembali berjualan usai perajin mogok kerja selama 3 hari. Laris manis, belum sampai matahari terbit pun, dagangan ludes terjual habis.
Ilustrasi/Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu (Gakoptindo) Aip Syarifuddin mengungkapkan alasan para perajin tahu tempe sempat mogok produksi awal Januari 2021 lalu. Menurut Aip, alasan utama aksi mogok itu dilakukan karena harga kedelai dari agen delivery order (DO) saat itu terus melonjak tajam, membuat modal yang harus dikeluarkan perajin pun jadi bertambah berlipat-lipat.

"Dulu di bulan Januari (2020) harganya rata-rata itu Rp 6.750 ini bicara harga DO dari importir. Dari harga DO ini masih ditambah dengan ongkos angkut dari gudang ditambah dengan lain-lain mungkin bertambah kira-kira Rp 1.000 atau Rp 1.500 tergantung jarak dari gudang ke anggota kami. Tapi mulai bulan September dari Rp 6.750 tadi itu, itu harga DO nya dari importir ini itu rata-rata sekitar lebih kurang Rp 8.500," ujar Aip dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IV DPR RI, Rabu (20/1/2021).

"Dengan Rp 8.500 harga DO dari mereka itu ditambah ongkos angkut dan lain-lain jatuhnya ada yang Rp 9.200, ada yang Rp 10.000, ada yang lebih dan lain-lain tergantung jarak dan tempat perajin tempe tahu kami ini," tambahnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Naiknya harga kedelai dari importir kemudian membuat biaya produksi perajin ikut bertambah. Hal itu, kata Aip cukup memberatkan bagi para perajin tahu-tempe.

"Kenaikan DO ini lebih dari 35% sehingga modalnya itu hampir 10 ribuan. Kita jual itu tempe rata-rata Rp 11-12 ribu per kg. Dengan naiknya sampai Rp 9.000 lebih maka biaya produksi kami dari asalnya kira-kira Rp 11 ribu menjadi Rp 13 ribu dan ini kita tahan mulai September Oktober November Desember akhirnya semua perajin seluruh Indonesia menjerit usul sama kami supaya bisa melakukan demo atau mogok produksi," paparnya.

ADVERTISEMENT

Para perajin juga sudah mencoba menaikkan harga tahu tempe di pasar tradisional. Sayangnya, tak semua pedagang pasar mau menerima hal tersebut demikian pula para pembeli.

"Kita sudah coba juga naikkan harga di pasar tradisional, karena kami jualnya di pasar tradisional. Tapi, tukang dagang di pasar marah kenapa dinaikkan, kami susah kami rugi, jadi ada yang mengerti ada yang tidak mengerti dan lain-lain. Sehingga menaikkan harga saja untuk perajin tempe dan tahu ini susah, sehingga akhirnya kumpul semua tanggal 28 Desember diputuskan kita mogok produksi 3 hari mulai tanggal 1-3. Mulai tanggal 29-31 kami tidak buat tempe," terangnya.

(eds/eds)

Hide Ads