Curhat Jokowi Sulitnya Tekan Gas dan Rem Jaga Ekonomi saat Pandemi

Curhat Jokowi Sulitnya Tekan Gas dan Rem Jaga Ekonomi saat Pandemi

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Jumat, 22 Jan 2021 08:15 WIB
Presiden Jokowi setelah disuntik vaksin Corona
Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden
Jakarta -

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan banyak negara mengalami kesulitan mengatasi pandemi COVID-19. Dia bilang, pemulihan ekonomi karena dampak pandemi bukanlah hal yang mudah.

Meski demikian, dia mengatakan pemerintah mengerjakan kedua hal tersebut secara beriringan. Jokowi mengatakan, pemerintah menerapkan sistem 'gas dan rem'.

"Kedua hal tadi harus berjalan beriringan, mengatur manajemen gas dan rem, ini juga harus pas. Sesuatu yang tidak mudah dalam praktik. Yang komentari mudah, tapi mempraktikkan itu yang sulit," kata Jokowi dalam CEO Forum, Kamis (21/1/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jokowi menjelaskan, dalam jangka pendek bantuan untuk penanganan pandemi terus dikucurkan. Hal itu dilakukan untuk menjaga daya beli masyarakat.

"Kemudian, yang berkaitan dengan bantuan untuk usaha mikro, kecil, menengah terus, insentif pajak, bantuan modal darurat terus," ujarnya.

ADVERTISEMENT

"Yang terkena PHK, yang belum kerja, yang berkaitan dengan Kartu Prakerja, ini juga terus. Untuk apa, agar ada daya beli, agar ada konsumsi, agar ada demand. Meskipun sebetulnya ruang yang paling besar untuk memperkuat menaikkan, meningkatkan demand itu adalah di kelas menengah yang sampai saat ini belum bergerak untuk demand-nya naik," jelasnya.

Dia menuturkan, dalam jangka pendek yang penting lainnya ialah penerapan protokol kesehatan. Pemerintah daerah hingga pengusaha harus meminta masyarakat dan karyawannya untuk menjalankan protokol kesehatan.

"Kedua, ini sangat penting jangka pendek yaitu, bagaimana memberi tahu masyarakat bahwa disiplin terhadap protokol kesehatan adalah kunci. Ini semua harus berbicara. Bapak ibu harus berbicara kepada karyawan-karyawannya, Gubernur harus berbicara pada rakyatnya. Bupati walikota harus berbicara kepada rakyatnya, camat harus berbicara kepada rakyatnya, lurah harus berbicara kepada rakyatnya, RT RW semuanya harus bicara pada rakyat kita betapa pentingnya yang namanya disiplin terhadap protokol kesehatan," papar Jokowi.

Jokowi memaparkan sejumlah industri bakal bertahan di tengah pandemi. Namun, ia menyinggung industri yang bakal bertahan ini masih dipenuhi oleh impor. Jokowi menyebut, industri yang bakal bertahan antara lain pangan, farmasi dan teknologi.

"Kemudian kalau ada yang bertanya industri apa sih yang akan bertahan dalam COVID ini. Saya melihat dan perlu terus kita kembangkan satu pangan, kedua farmasi, rumah sakit, tiga teknologi, jasa keuangan dan pendidikan," paparnya.

Jokowi menyinggung impor di sektor pertanian. Terlebih, impornya mencapai jutaan ton. Ia meminta agar masalah impor ini segera diselesaikan.

"Urusan gula yang masih impor jutaan, padahal kita memiliki lahan, kita memiliki resources, kedelai kita memiliki lahan yang sangat luas, jagung yang masih impor juga jutaan ton perlu diselesaikan. Bawang putih yang dulu tidak impor karena di NTB, karena di Wonosobo, Temanggung dulunya juga nanam bawang putih, sekarang tidak karena kalah bersaing ini juga harus dibenahi," terang Jokowi.

"Di sisi itu saya mengajak agar para CEO bisa merancang sebuah kolaborasi kerja sama, yang besar dengan para petani. Sehingga komoditi-komoditi yang tadi saya sampaikan bisa kita selesaikan," sambungnya.

Kemudian, di sisi farmasi ia menyebut jika 80 hingga 85% masih impor. Ia meminta agar farmasi diproduksi di Indonesia.

"Farmasi kita melihat juga, mungkin hampir 80-85% kita ini masih impor, kenapa tidak dilakukan di Indonesia. Teknologi kita ke depan memiliki kesempatan besar dalam membangun industri hulu dan hilir untuk mobil listrik lewat lithium battery yang nikelnya kita memiliki," jelas Jokowi


Hide Ads