Peritel asal Amerika Serikat (AS), Belk menyatakan bangkrut. Perusahaan pun berencana mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 11. Kebangkrutan ini disebabkan oleh merosotnya penjualan akibat pandemi COVID-19.
Pengecer yang berbasis di Carolina Utara itu mengatakan akan mengadakan perjanjian restrukturisasi dengan pemilik mayoritasnya, perusahaan ekuitas swasta Sycamore Partners. Hal itu dilakukan Belk untuk memangkas beban utang perusahaan sekitar US$ 450 juta.
Selain itu, untuk memperpanjang jatuh tempo semua pinjaman hingga Juli 2025. Sycamore akan mempertahankan kendali mayoritas atas Belk sebagai bagian dari perjanjian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip CNBC, Rabu (27/1/2021), perusahaan telah menerima komitmen pembiayaan sebesar US$ 225 juta sebagai modal baru dari Sycamore, KKR, dan Blackstone, bersama dengan beberapa pemberi pinjaman berjangka hak gadai pertama yang ada.
Belk mengatakan bahwa mereka berencana untuk tetap membayar vendornya dan semua operasi bisnis normal akan berlanjut selama proses restrukturisasi. Perusahaan berharap dapat keluar dari jurang kebangkrutan pada akhir Februari.
"Kami yakin perjanjian ini jalur jangka panjang yang tepat untuk mengurangi utang secara signifikan dan memberi kami fleksibilitas finansial yang lebih besar untuk memenuhi kewajiban kami dan untuk terus berinvestasi dalam bisnis kami, termasuk peningkatan lebih lanjut dan penambahan kapabilitas omnichannel Belk," kata CEO Belk Lisa Harper.
Sycamore adalah perusahaan yang mengkhususkan diri pada investasi konsumen dan ritel. Baru-baru ini perusahaan dikabarkan telah membeli merek pakaian wanita Ann Taylor, Loft, Lou & Grey, dan Lane Bryant.
(ara/ara)