Produsen mobil listrik terkemuka, Tesla Inc telah membukukan pendapatan bersih setahun penuh untuk pertama kalinya, yakni pada laporan keuangan tahun 2020. Perusahaan yang didirikan Elon Musk tersebut membukukan keuntungan sebesar US$ 721 juta atau setara Rp 10,11 triliun (kurs Rp 14.026).
Berdasarkan laporan keuangan Tesla yang dilansir The Wall Street Journal, Senin (1/2/2021), keuntungan itu ternyata tak sepenuhnya berasal dari penjualan mobil listriknya.
Tesla membukukan pendapatan kotor dari penjualan mobil sebesar US$ 31,5 miliar atau setara Rp 441 triliun. Angka penjualan itu sebenarnya meningkat dari tahun 2019 yang hanya sebesar US$ 24,6 miliar atau sekitar Rp 345 triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi lain, Tesla juga mencatatkan pendapatan dari penjualan kredit mobil nol emisi kepada para kompetitornya yang tidak memenuhi syarat pemerintah di 11 negara bagian. Pada penjualan kredit nol emisi itu, Tesla menghasilkan pendapatan sebesar US$ 1,6 miliar atau setara Rp 22,44 triliun. Sementara, pada tahun 2019 penjualan kredit nol emisinya hanya mencapai US$ 594 juta atau sekitar Rp 8,33 triliun.
Adapun kredit nol emisi itu adalah semacam denda yang harus dibayar oleh para produsen mobil yang tidak menjalankan kewajiban dari pemerintah, yakni menerapkan standar emisi nol dan ketentuan bahan bakar ramah lingkungan.
Ada 11 negara bagian yang mewajibkan ketentuan itu yakni California, Colorado, Connecticut, Maine, Maryland, Massachusetts, New York, New Jersey, Oregon, Rhode Island dan Vermont.
"Orang-orang ini merugi dengan menjual mobil. Mereka (Tesla) menghasilkan uang dengan menjual kredit," kata Analis GLJ Research Gordon Johnson dikutip dari CNN.
Namun, Chief Financial Officer Tesla Zachary Kirkhorn mengatakan Tesla tidak mengandalkan pendapatan dari penjualan kredit nol emisi tersebut.
"Ini selalu merupakan area yang sangat sulit bagi kami untuk diperkirakan. Dalam jangka panjang, regulasi penjualan kredit tidak akan menjadi bagian material dari bisnis, dan kami tidak merencanakan bisnis pada penjualan itu. Mungkin saja untuk beberapa kuartal ke depan, penjualan kredit nol emisi itu tetap kuat, mungkin juga tidak," ujar Kirkhorn.
(vdl/ara)