Proyek penerapan sistem transaksi tol non tunai nirsentuh berbasis Multi Lane Free Flow (MLFF) mulai dikerjakan tahun ini. Pemerintah menargetkan sebanyak 41 ruas jalan tol akan mulai diujicobakan sistem bayar tol tanpa setop tersebut tahun depan.
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Danang Parikesit menjelaskan tahun ini dimulai pembangunan sistem oleh perusahaan yang memenangkan tender yakni Roatex, Ltd. Hungaria. "Nanti (MLFF) itu akan terkoneksi dengan satelit. Kalau mulai implementasi itu kan 2022, 2021 itu pembangunan sistem," kata Danang dalam konferensi pers virtual, Selasa (2/2/2021).
Dalam kesempatan yang sama, Anggota BPJT Unsur Akademisi Eka P. Anas menerangkan, 41 ruas itu diutamakan di mulai diuji coba tahun depan. Targetnya, di akhir tahun depan sudah bisa diterapkan, atau paling lambat awal 2023.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang 41 ruas itu pas setelah konstruksi selesai, ini kan konstruksi tahun ini rencananya 2021 selesai mungkin katakan lah pertengahan 2022 itu 41 ruas itu paling tidak sudah bisa paling tidak kan uji coba dulu. Yang pastinya nanti luas yang full itu adalah akhir 2022 atau paling lambat di awal 2023," ujar dia.
Ia menerangkan, 41 ruas itu diutamakan adalah jalan tol di kawasan Jabodetabek, ruas Jakarta-Cikampek, Tol Trans Jawa, dan Bali.
"Tapi tentunya 41 itu bisa lebih, akan bertambah dengan sendirinya. Terutama adalah ruas-ruas yang dominan, meliputi 80% lebih dari traffic termasuk Jabodetabek, Trans Jawa, Surabaya, dan Semarang, serta Bali. Mungkin yang agak belakangan itu Bali," terang Eka.
Kembali ke Danang, ia menjelaskan teknologi bayar tol tanpa setop akan tersambung dengan ponsel pemilik kendaraan. Ponsel itu adalah on board unit (OBU) yang berfungsi sebagai alat yang dibaca oleh smart camera yang nantinya dipasang di jalan tol. Setelah ponsel terdeteksi, maka otomatis akan terjadi transaksi pembayaran tol kepada e-wallet yang dimiliki pengendara.
"Soal reading ada beberapa pilihan, ada yang menggunakan OBU, atau electronic OBU atau e-OBU, itu direncanakan menggunakan teknologi smartphone yang dimiliki, sehingga registrasinya masing-masing orang akan mendaftarkan kendaraannya, kemudian kendaraan itu akan dikenali oleh sensor dan satelit yang akan memindai kendaraan tersebut untuk kemudian ditransaksikan. Jadi kalau melalui gerbang tadi, dia langsung mencatat jumlah tertentu yang ada di e-walletnya," ujarnya.
Lebih lanjut, Sekretaris BPJT Triono J Yongky menjelaskan, nantinya pemilik kendaraan harus mendaftarkan nomor ponselnya dan juga identitas kendaraan agar tersambung ke sistem bayar tol tanpa setop.
"Jadi nanti barangkali ada proses register. Jadi mobil itu dikenali dari plat nomornya, ketahuan pemiliknya siapa. Lalu, proses pembayaran juga bisa register melalui ponsel dan sebagainya. Jadi nanti mekanismenya secara otomatis begitu. Jadi tidak perlu ada alat khusus di mobil. Barangkali kalau sekarang kita lihat kan ada yang kita tempel di mobil, nanti tidak pakai seperti itu. Jadi alatnya bisa mendeteksi secara otomatis baik plat nomor maupun sinyal nomor ponsel kita," imbuhnya.
Apabila nantinya saldo dalam wallet yang dimiliki pengendara jalan tol tak cukup, maka akan dikenakan penalti.
"Proses selanjutnya bagaimana? Kalau begitu terdeteksi saldonya tidak ada, nanti ada proses penalti atau denda kalau saldonya tidak cukup," pungkasnya.
(vdl/ara)