Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) buka suara merespons kabar ratusan hotel bangkrut dan akan dilego. PHRI menyebut ada 50 hotel dan restoran yang terdampak.
"Saya meluruskan berita yang ratusan (hotel mati) itu tidak benar. Kalau puluhan (hotel) benar," kata Ketua PHRI DIY Deddy Pranowo Eryono dihubungi wartawan, Rabu (3/2/2021).
Dia merinci ada 50 hotel dan restoran yang saat ini mati karena menurunnya sektor pariwisata. Di mana 50 hotel dan restoran itu merupakan hotel non bintang, hotel berbintang dan restoran kecil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi kalau dianggap gulung tikar ya monggo. Tapi sebenarnya dengan ada pembatasan kedua ini, yang (PSTKM) pertama ada 30 hotel yang mati belum beroperasi lagi belum bisa menerima tamu," katanya.
"Yang kedua ini tambah 20 hotel jadi total 50 hotel dan restoran," lanjutnya.
Selain itu, Deddy menilai munculnya jumlah tersebut karena dipicu adanya pengetatan secara terbatas kegiatan masyarakat (PTKM) jilid 2. Bahkan, Deddy menyebut saat ini ada 171 hotel dan restoran di DIY yang beroperasi dalam keadaan terengah-engah.
"Untuk 171 (hotel dan restoran) masih beroperasi terengah-engah. Yang 100-an memang memutuskan tidak beroperasi tapi menunggu COVID-19 ini, dan yang 50 menyatakan mati," ujarnya.
Tak hanya itu, Deddy menyebut hingga saat ini belum ada laporan masuk terkait penjualan hotel. Meski dari penelusurannya ada sejumlah hotel yang sudah menawarkan penjualan di marketplace. Menurutnya, hal itu mereka lakukan karena membutuhkan dana segar untuk menggaji dan memberi pesangon pegawai.
"Bukan laporan ke kami mau jual, tapi mereka menyatakan sudah tidak kuat. Karena beban operasionalnya tinggi seperti biaya disinfektan harus continue, PLN, gaji karyawan, BPJS, pajak, memudian lebih-lebih hotel yang ada pinjaman di bank. Ini yang memberatkan mereka," ucap Deddy.