Alat deteksi COVID-19 buatan Universitas Gadjah Mada (UGM) GeNose C19 mulai digunakan. Pemesan alat ini pun juga semakin banyak. Mulai dari industri, rumah sakit hingga pemerintah daerah (Pemda) memesan GeNose.
UGM pun mengaku kewalahan untuk memenuhi permintaan yang semakin banyak. Hal itu diakui oleh Wakil Rektor UGM Bidang Kerja Sama dan Alumni Paripurna Sugarda.
"Sekarang ini kami kewalahan, pesanan datang terus setiap hari," kata Paripurna ditemui usai menerima kunjungan Bupati Kubu Raya Kalbar di UGM Science Techno Park, Kalasan, Sleman, Jumat (5/2/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjelaskan saat ini jumlah alat yang dipesan mencapai ribuan. Menurutnya, permintaan akan semakin banyak dari hari ke hari. Oleh karena itu, ia pun akan mempercepat produksi GeNose.
"Banyak sekali, yang pesan 3 ribuan dan akan menanjak terus, dan kita akan mempercepat produksinya kita cari terobosan supaya kita bisa memproduksi lebih banyak," ungkapnya.
Menurutnya, GeNose banyak dipesan oleh instansi pemerintahan, kesehatan dan juga sudah dipakai di stasiun sebagai salah satu syarat perjalanan kereta api.
"Pemerintahan ada, bupati seperti Bupati Kubu Raya Kalbar Muda Mahendrawan, (Gubernur Jateng) Ganjar, puskesmas, rumah sakit, industri, pesantren, kereta api," sebutnya.
"Kita sudah koordinasi dengan Pak Menhub (Budi Karya S) sementara di Stasiun Senen dan Yogyakarta, nanti ada Gambir sampai 44 stasiun menggunakan GeNose. Kalau todak ada masalah dan sistemnya sudah terbentuk nanti digunakan di transportasi, darat, laut, dan udara," tambahnya.
Lebih lanjut, untuk menggenjot produksi pihaknya berencana untuk kerja sama dengan perusahaan. Untuk saat ini, hingga akhir bulan Februari pihaknya mampu memproduksi 3 ribu unit GeNose.
"Sampai akhir bulan 3 ribuan. Nah untuk meningkatkan produksi, kita bisa kerja sama dengan perusahaan, sekarang yang mengerjakan banyak yang usaha menengah," jelasnya.
Langsung klik halaman berikutnya.