GeNose Test di Terminal Gratis, Kok di Stasiun Bayar Rp 20 Ribu?

GeNose Test di Terminal Gratis, Kok di Stasiun Bayar Rp 20 Ribu?

Anisa Indraini - detikFinance
Minggu, 07 Feb 2021 17:37 WIB
PT KAI (Persero) melakukan uji coba penggunakan GeNose untuk mendeteksi COVID-19 di Stasiun Senen, Jakarta. Calon penumpang tampak antusias.
Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyediakan GeNose test secara gratis di Terminal Bus Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur. Tidak hanya di situ, rencananya deteksi COVID-19 yang sampelnya diambil melalui embusan napas itu akan disediakan gratis di pelabuhan seperti Merak dan Bakauheni.

"Untuk yang ada di penyeberangan maupun yang di terminal, ini kita tidak berbayar sama sekali. Jadi kepada masyarakat kita tidak ada biaya sama sekali. Semuanya ditanggung oleh pihak pemerintah atau pihak Kemenhub," kata Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Budi Setiyadi dalam rekaman yang diterima, Minggu (7/2/2021).

Hal itu berbeda dengan yang diterapkan di stasiun, di mana masyarakat yang mau menggunakan GeNose test harus membayar sebesar Rp 20.000 per orang. Kenapa dibedakan?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Juru Bicara Kemenhub, Adita Irawati menjelaskan jika penumpang bus di terminal tidak wajib menunjukkan surat keterangan hasil negatif COVID-19. Sehingga pihaknya bisa menyediakan secara gratis semampunya.

"Kalau penumpang bus tidak wajib, sehingga bisa kami sediakan sesuai kapasitas yang bisa kami siapkan. (Disiapkan) 100-an pacs (per hari)," kata Adita dihubungi terpisah.

ADVERTISEMENT

Pelayanan GeNose test gratis kepada calon penumpang bus itu juga hanya bersifat acak. Dengan begitu diharapkan semakin banyak masyarakat yang menyadari apakah dia positif COVID-19 atau tidak.

"Jadi untuk random testing saja, bukan syarat wajib," tuturnya.

Berbeda dengan yang terjadi di stasiun, di mana hasil tes COVID-19 menjadi wajib untuk dimiliki calon penumpang. Jika pelayanan GeNose diberikan secara gratis, kata Adita, pihaknya tidak bisa memenuhi anggarannya.

"Karena untuk penumpang KA itu wajib dan jumlahnya sesuai demand penumpang. Tentu akan membutuhkan biaya yang besar dan akan sulit bagi kami untuk menyediakan dananya," tandasnya.




(aid/dna)

Hide Ads