Ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2020 mengalami kontraksi minus 2,07%. Besaran kontraksi itu dinilai tidak sedalam dengan negara lain dan sudah mulai terlihat pemulihan.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa mengatakan kontraksi ekonomi yang dialami Indonesia memang tidak sedalam negara lain. Tetapi dia mengakui bahwa pemulihan ekonomi Indonesia untuk menuju sebelum krisis agak lambat.
"Memang dibandingkan negara lain kontraksi Indonesia relatif tidak terlalu dalam dibanding misalnya Amerika serikat (AS), Swedia, negara-negara Eropa, Filipina, bahkan ada yang terkontraksi sekitar 8,4%. Tetapi meskipun kita tidak turun dalam, pemulihan ekonomi Indonesia ke tingkat sebelum krisis ini agak lambat," kata Suharso dalam konferensi pers 'Perkembangan Ekonomi Indonesia: Optimisme dengan Kerja Cerdas, Lekas, dan Tuntas' di kantornya, Jakarta Pusat, Selasa (9/2/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suharso menjelaskan pemulihan ekonomi Indonesia lebih lambat dibanding China yang ekonominya tumbuh 2,3% selama 2020, Taiwan tumbuh 3,0% dan Vietnam tumbuh 2,9%.
Baca juga: Suku Bunga Rendah Bisa Bikin Kredit Ngebut? |
"Kalau kita belajar success story kenapa mereka sudah pulih seperti sebelum pandemi, China melakukan lockdown 76 hari, kemudian membangun RS khusus dalam waktu 10 hari. Taiwan menetapkan protokol pengendalian di perbatasan negara. Vietnam juga membatasi sosial dan aktivitas publik," tuturnya.
Terkontraksinya ekonomi sebesar 2,07% pada 2020 membuat Indonesia terancam turun kelas menjadi negara berpenghasilan menengah bawah (lower middle income), dari sebelumnya negara berpenghasilan menengah atas (upper middle income country) sejak 2019.
"Kita tahu Indonesia pada 2019 akhir sudah masuk di upper middle income country dengan penghasilan US$ 4.047 per kapita di 2019. Tapi dengan keadaan yang kita alami di masa pandemi, terkoreksi ke bawah dan mudah-mudahan apabila tingkat pertumbuhan pada 2021 bisa mencapai 4,5-5% maka kita akan kembali ke angka di atas US$ 4.000 sehingga masuk lagi ke upper middle income country," tuturnya.
Berdasarkan paparannya, konsumsi masyarakat secara keseluruhan masih mengalami tekanan, terbesar untuk pengeluaran komponen transportasi yang turun 9,57%, restoran dan hotel 8,14%.
Saksikan juga 'LSI: 53,8% Pengusaha Nilai Baik Kinerja Pemerintah Tangani Dampak Ekonomi':