Bank Indonesia (BI) meminta kepada seluruh industri perbankan tanah air untuk menindaklanjuti kebijakan suku bunga rendah agar menggeliatkan penyaluran kredit. Penyaluran kredit dianggap mampu memperecpat pemulihan ekonomi nasional.
Sepanjang 2020, BI sudah menurunkan BI7DRR hingga 125 basis poin (bps) menjadi 3,75% dari 5,00%. Permintaan bank sentral terkait merespon penurunan suku bunga kredit dikarenakan hingga Desember tahun lalu, Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) Modal Kerja tercatat turun 88 bps menjadi 8,88%, SBDK Investasi turun 102 bps menjadi 9,21%, SBDK Konsumsi turun 65 bps menjadi 10,97%.
BI menilai penurunan SBDK ini kurang cepat dibandingkan dengan suku bunga BI7DRR. Oleh karena itu, BI ingin menerbitkan aturan baru terkait publikasi asesmen suku bunga kredit berdasarkan SBDK dan spread SBDK. Diharapkan, hal ini dapat memperkuat pemahaman dunia usaha sehingga ujungnya akan mendorong bank bisa menurunkan suku bunga kredit masing-masing sesuai kondisinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Bunga Bank Masih Selangit, Nih Daftarnya |
Menanggapi itu Kepala Ekonom BRI Anton Hendranata mengatakan, industri perbankan sudah berusaha menurunkan suku bunga pinjamannya. Akan tetapi, penurunan ini memerlukan waktu sesuai dengan urutannya.
"Pertumbuhan kredit sudah lama turunnya bukan hanya 2020 saja, memang agak melambat penurunannya kreditnya. Ada hal yang ekstraordinary karena pandemi. Pada situasi pandemi permintaan lemah, daya beli masyarakat terbatas," ujarnya seperti yang dikutip, Selasa (9/2/2021).
Menurut dia, penurunan suku bunga kredit bukan menjadi faktor utama mendorong penyaluran kredit tanah air menggeliat. Dia menyebut, penyaluran kredit sangat bergantung pada tingkat konsumsi rumah tangga.
"Jika konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat tidak kuat maka tidak kuat mendorong penyaluran kredit meskipun perbankan sudah menurunkan suku bunga dan perbankan sudah menurunkan bunga," jelasnya.
Sementara ekonom CORE Indonesia Piter Abdullah mengatakan, tidak menurunnya suku bunga kredit saat suku bunga acuan BI7DRR turun karena kurangnya transparansi pihak perbankan dalam menetapkan suku bunga kredit.
Baca juga: Bunga Bank Kok Nggak Turun-turun? |
Piter mengatakan, seharusnya BI sudah sejak dahulu menganalisis penyebab tidak berjalannya transisi moneter khusus pada bunga kredit.
"Suku bunga adalah domain atau tugasnya BI. Rigiditas suku bunga menurut saya karena ada yang salah dalam operasi moneter BI," kata Piter.
"Sistem insentif yang diciptakan oleh operasi moneter BI membuat bank punya bargaining position yang besar terhadap nasabah kredit. Di sisi lain nasabah pemilik dana besar punya bargaining yang besar terhadap bank dan mampu menetapkan suku bunga. Jadi untuk menghilangkan rigiditas suku bunga kredit, BI menurut Saya perlu melakukan evaluasi terhadap operasi moneternya," tambahnya.
Saksikan juga 'Sri Mulyani Sebut Dunia Usaha Pingsan Gegara yang Kredit Makin Dikit':
(hek/dna)