Perusahaan global dari Jepang hingga Thailand menghentikan operasi di Myanmar akibat kudeta militer di sana. Hal itu membuat kekhawatiran kepada dampak bisnis.
Perusahaan dan investor pembuat bir Kirin Holdings Co, hingga pendukung awal perusahaan game Razer Inc sedang mempertimbangkan dampak kudeta militer yang mendorong negara itu ke dalam keadaan darurat.
Gejolak ini mendorong perusahaan multinasional seperti pengembang industri terbesar Thailand menunda rencana investasi. Kudeta Myanmar itu mengancam US$ 5,5 miliar dalam investasi asing di negara yang beberapa tahun lalu berada di jalur demokrasi itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini pasti akan menjadi lebih besar," kata Kepala Penelitian Asia di United First Partners, Justin Tang dikutip dari Bloomberg, Rabu (10/2/2021).
Myanmar telah menarik lebih banyak investasi dalam beberapa tahun terakhir setelah membukukan pertumbuhan ekonomi dua digit pada dekade terakhir. Berbatasan dengan pasar besar India dan China, Myanmar memiliki sumber daya alam yang melimpah termasuk minyak dan gas, emas, perak, dan batu mulia.
Di antara kesepakatan asing baru-baru ini, CVC Capital Partners mencapai kesepakatan pada bulan Desember untuk membeli perusahaan menara telekomunikasi terbesar di Myanmar dengan harga hampir US$ 700 juta. Kesepakatan untuk Irrawaddy Green Towers Ltd adalah yang terbesar kedua di negara itu, setelah akuisisi grup Myanmar Distillery oleh satu unit Thai Beverage PCL.
Perusahaan kekayaan negara Singapura GIC Pte dan Norfund AS dari Norwegia membeli 30% saham di Yoma Bank Ltd seharga US$ 92,1 juta pada April lalu.
Perusahaan apalagi yang kabur dari Myanmar? klik halaman berikutnya.