Gegara Kudeta, Perusahaan Besar Pada 'Kabur' dari Myanmar

Gegara Kudeta, Perusahaan Besar Pada 'Kabur' dari Myanmar

Anisa Indraini - detikFinance
Rabu, 10 Feb 2021 17:15 WIB
Kudeta Militer Luapkan Ancaman Konflik Antaretnis di Myanmar
Foto: DW (News)
Jakarta -

Perusahaan global dari Jepang hingga Thailand menghentikan operasi di Myanmar akibat kudeta militer di sana. Hal itu membuat kekhawatiran kepada dampak bisnis.

Perusahaan dan investor pembuat bir Kirin Holdings Co, hingga pendukung awal perusahaan game Razer Inc sedang mempertimbangkan dampak kudeta militer yang mendorong negara itu ke dalam keadaan darurat.

Gejolak ini mendorong perusahaan multinasional seperti pengembang industri terbesar Thailand menunda rencana investasi. Kudeta Myanmar itu mengancam US$ 5,5 miliar dalam investasi asing di negara yang beberapa tahun lalu berada di jalur demokrasi itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini pasti akan menjadi lebih besar," kata Kepala Penelitian Asia di United First Partners, Justin Tang dikutip dari Bloomberg, Rabu (10/2/2021).

Myanmar telah menarik lebih banyak investasi dalam beberapa tahun terakhir setelah membukukan pertumbuhan ekonomi dua digit pada dekade terakhir. Berbatasan dengan pasar besar India dan China, Myanmar memiliki sumber daya alam yang melimpah termasuk minyak dan gas, emas, perak, dan batu mulia.

ADVERTISEMENT

Di antara kesepakatan asing baru-baru ini, CVC Capital Partners mencapai kesepakatan pada bulan Desember untuk membeli perusahaan menara telekomunikasi terbesar di Myanmar dengan harga hampir US$ 700 juta. Kesepakatan untuk Irrawaddy Green Towers Ltd adalah yang terbesar kedua di negara itu, setelah akuisisi grup Myanmar Distillery oleh satu unit Thai Beverage PCL.

Perusahaan kekayaan negara Singapura GIC Pte dan Norfund AS dari Norwegia membeli 30% saham di Yoma Bank Ltd seharga US$ 92,1 juta pada April lalu.

Perusahaan apalagi yang kabur dari Myanmar? klik halaman berikutnya.

Negara-negara yang paling dipertaruhkan dari ketidakstabilan adalah Singapura. Yoma Strategic Holdings Ltd., konglomerat terdaftar di Singapura yang mendapatkan hampir semua pendapatannya dari Myanmar, anjlok sepertiga tahun ini.

Kirin mengakhiri kemitraan usaha patungannya dengan pembuat bir terbesar negara Myanma Economic Holdings Public Co., yang memiliki hubungan dengan militer. Perusahaan tidak berencana sepenuhnya keluar dari negara itu, di mana operasinya hanya menyumbang 1,7% dari pendapatan pada 2019.

Lim Kaling, investor pendiri perusahaan game Razer yang berbasis di Singapura, melepaskan sepertiga sahamnya dalam usaha patungan yang memiliki RMH Singapore Pte Ltd. RMH memiliki 49% dari Virginia Tobacco Co di Myanmar, sementara Myanma Economic Holdings Ltd dimiliki oleh militer.

Amata Corp. Pcl salah satu pengembang lahan industri terbesar di Thailand, menunda beberapa rencana investasi setelah mendapat persetujuan dari pemerintah untuk melanjutkan beberapa proyek.

"Prospek investasi Myanmar tidak terlihat bagus. Kemungkinan sanksi oleh komunitas Internasional pasti akan mempengaruhi kepercayaan perusahaan asing," kata Kepala Pemasaran Perusahaan, Viboon Kromadit.


Hide Ads