Perusahaan jasa transportasi, Uber kembali merugi di 2020. Kerugian yang dicatat perusahaan tersebut sebesar US$ 6,8 miliar. Itu setara Rp 95,2 triliun (kurs Rp 14.010/US$).
Dilansir CNN, Kamis (11/2/2021), keuangan perusahaan membaik dibandingkan 2019 yang rugi lebih besar, yaitu US$ 8,5 miliar.
Perusahaan melaporkan kerugian US$ 968 juta selama tiga bulan terakhir/kuartal IV 2020, termasuk US$ 236 juta dalam biaya kompensasi berbasis saham.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
CFO Uber Nelson Chai mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Uber tetap berada di jalur yang tepat untuk mencapai keuntungan pada 2021.
Uber melihat beberapa peningkatan dari kuartal ketiga tahun lalu tetapi masih mengalami penurunan pendapatan karena dampak pandemi yang sedang berlangsung pada bisnis transportasi.
Uber membukukan pendapatan US$ 3,2 miliar untuk kuartal keempat, turun 16% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Mereka terus mengandalkan Eats, bisnis pengiriman makanan yang mencatatkan peningkatan pendapatan 224% menjadi US$ 1,4 miliar pada kuartal keempat dibandingkan tahun sebelumnya.
Perusahaan telah berupaya untuk meningkatkan portofolio bisnis pengiriman dalam beberapa bulan terakhir. Pada Juli, Uber mengakuisisi salah satu pesaing pengiriman makanan, Postmates seharga US$ 2,65 miliar dalam kesepakatan semua saham. Minggu lalu, perusahaan mengumumkan akan mengakuisisi startup pengiriman alkohol, Drizly.
Di sisi lain, Uber telah meninggalkan ambisinya yang lebih memakan biaya. Perusahaan menjual divisi penelitian kendaraan otonom dan operasi taksi terbangnya pada bulan Desember.
Lihat juga Video: Gara-gara Uber, Jalan Utama Madrid jadi 'Parkiran Dadakan'