Siapa yang tak mau usahanya dikenal di pasar dunia? Selain cakupan distribusi yang lebih luas, pemasukan juga akan semakin banyak dan bertambah.
Tentunya hal itu juga ingin dirasakan oleh para peternak ayam telur di Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Mereka ingin hasil telur yang dipanen dapat menembus pasar ekspor. Walaupun begitu, untuk menembus pasar ekspor diperlukan sebuah NKV (Nomor Kontrol Veteriner).
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar Adi Andaka mengatakan NKV adalah sebuah pembelajaran kepada pengusaha baik itu budidaya maupun pengirim atau eksportir dalam rangka penanganan hewan dan asal bahan hewan yang 'ASUH'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"ASUH itu Aman, Sehat, Utuh dan Halal. Jadi untuk mendapatkannya pembudidaya akan dilihat sistem pemeliharaannya, program penanganan kesehatannya, kemudian penanganan dari perilaku tenaga kerjanya. Jadi mulai dari kondisi kandang hingga penanganan limbah," jelas Adi kepada detikcom beberapa waktu lalu.
Adi melanjutkan NKV dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian melalui Surat Keputusan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. Ia pun menjelaskan untuk mendapatkan NKV, dinas yang bersangkutan akan mengecek kondisi kandang, penanganan pemberian pakan, kualitas pakan, hingga produksi telurnya nanti.
"Kemudian dari hasilnya itu ada pengirim telur, dicek juga bagaimana kendaraannya, gudang pakannya, penanganan dan tempat penyimpanan telurnya, terus izinnya komplit atau tidak," tuturnya.
Adi pun menjelaskan NKV terdiri dari 4 kategori yaitu kategori 1, 2, 3, dan 4. Perbedaannya adalah kontrol yang dilakukan untuk masing-masing kategori tersebut berbeda-beda.
![]() |
"Untuk yang kategori 4 itu masih harus dibina, 3 itu kontrolnya tiap 4 bulan, kalau 2 itu 1 tahun sekali, dan kalau 1 itu dua tahun sekali. Jadi semakin besar levelnya akan semakin sering dikontrol," ujar Adi.
Adi Andaka juga menuturkan untuk dapat menembus pasar ekspor, ayam petelur yang diternak oleh peternak harus bebas dari penyakit Avian Influenza dan juga kualitas telur yang tahan lama.
"Persyaratan kesehatan yaitu bebas penyakit AI (Avian Influenza) menjadi salah satu syarat untuk ekspor. Sekarang sih telur masih untuk dalam negeri, barangkali untuk keluar negeri ya harus bisa lebih tahan lama," imbuh Adi.
Senada dengan Adi, salah satu peternak milenial Kurniawan Unggul Pambudi (30) mengatakan untuk memperoleh NKV ada beberapa hal yang perlu dipenuhi. Namun, faktor terpenting untuk mendapatkan NKV adalah kebersihan dan juga higienitas kandang ayam.
"Sebenarnya NKV itu gratis mas, cuma banyak hal yang harus dipenuhi. Di antaranya itu di kandang harus ada kamar mandinya, pakan juga harus berkualitas, jadi untuk ekspor ya kandang kita harus benar-benar bersih (higienis)," tutur Unggul
Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Koperasi Putera Blitar, Sukarman (60). Sebenarnya peternak ingin menembus pasar ekspor. Hanya saja, ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh para peternak, dan salah satunya adalah sertifikat NKV tersebut.
Menurutnya untuk ekspor yang harus diperhatikan adalah pertama spek ayamnya, kualitas pakannya, kemudian bentuk kandangnya, bagian dari kesehatannya, semuanya yang berkaitan dengan kesehatan dan juga higienitas ternak harus dilaporkan dengan baik.
![]() |
Karman pun dan anggotanya juga sudah mempersiapkan hal tersebut. Ia dan anggota koperasi juga sudah pernah diundang oleh Kementerian Pertanian untuk menggagas ekspor ke Singapura.
"Karena Singapura itu, speknya sangat ketat sekali. Namun, sudah kami siapkan. Dulu NKV, pertama NKV nya level 2, itu bisa jual beli di Indonesia, antar pulau. Yang diminta untuk ekspor itu NKV level 1. Kami sudah mengajukan alhamdulillah, farm yang rencana untuk di ekspor itu kini sudah level 1," ungkap Karman.
Untuk distribusi dalam negeri, memang telur Blitar menguasai pasokan dengan menyumbang 30% dari konsumsi telur nasional. Ini disebabkan Kabupaten Blitar mempunyai 4.420 peternak dengan hasil telur itu 900-1000 ton per hari.
Dalam membantu mereka memasok telur di dalam negeri, Bank BRI pun mengenalkan sebuah aplikasi yang bernama 'Pasar Mikro'. Aplikasi yang masih berbentuk pilot project ini diharapkan dapat memutus rantai pasok yang panjang.
Pimpinan Cabang BRI Blitar Yulizar Verda Febrianto mengatakan dengan adanya aplikasi tersebut ada kepastian dari pembeli. Karena banyak dari pembeli yang ingin langsung mendapatkan pasokan telur dari peternak. Di situlah peran BRI dalam menjembatani mereka melalui aplikasi tersebut.
"Nah mudahnya adalah mencari pasar, ketika sudah jelas jadi kita bisa mengukur harganya. Jadi kan petani itu bisa mengetahui berapa banyak pakan yang harus dibutuhkan untuk memenuhi keinginan ini. Nah, jadi produksinya ini lebih meningkat tak hanya untuk telur tapi juga untuk transportasi dan juga pakan," pungkas Yulizar.
detikcom bersama BRI mengadakan program Jelajah UMKM ke beberapa wilayah di Indonesia yang mengulas berbagai aspek kehidupan warga dan membaca potensi di daerah. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, ikuti terus berita Jelajah UMKM di sini detik.com/tag/jelajahumkmbri
(akn/hns)