Kerajinan gerabah adalah sebuah kebudayaan turun temurun yang diwariskan sejak zaman nenek moyang bagi sebagian masyarakat Kabupaten Blitar. Kerajinan gerabah yang bisa cuan hingga ratusan juta tersebut bisa dapat dengan mudah ditemukan di Desa Plumpungrejo, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.
Salah satu pengusaha gerabah, Muhammad Burhanudin (34) mengatakan kerajinan turun temurun ini sudah mulai sejak zaman Majapahit. Di tahun 1995, ayah dari Burhan mulai melakukan inovasi pembuatan dari peralatan rumah tangga hingga souvenir, gerabah dan juga pot.
"Modalnya kecil sekitar Rp 500.000 karena bahan bakunya mengambil dari pekarangan sendiri, kita buat dan kita bakar. Paling modalnya untuk membeli kayu bakar dan bata. Ini di sebelum tahun 1995. Kalau sekarang-sekarang ini sekitar Rp 50.000.000 untuk membuat tempat produksi karena sekarang saya buat lebih nyaman," ujar Burhan kepada detikcom beberapa waktu yang lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Omzet yang didapatkan oleh Burhan pun tak tanggung-tanggung, per tahun dirinya bisa mengantongi Rp 200.000.000 Rp 400.000.000. Untuk keuntungan bersihnya sekitar Rp 100-250 juta.
"Harga terendah itu mulai Rp 5.000 dan paling besar itu Rp 1.000.000 berupa vas bunga atau guci yang besar," imbuhnya.
Khusus di masa pandemi kali ini, usaha yang dijalani Burhan tidak terpengaruh sedikit pun. Bahkan, permintaan untuk gerabah meningkat akibat banyaknya masyarakat yang memilih untuk di rumah saja.
"Untuk masa pandemi ini Alhamdulillah karena sedang booming hobi menanam bunga jadi permintaan pot bunga ini meningkat 100% lebih dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Ini suatu kesempatan bagi masyarakat untuk meningkatkan kreativitas juga untuk lebih berkembang lagi," ungkap Burhan.
Dalam mengembangkan usahanya, Burhan mengaku membutuhkan dana untuk menambah kuantitas dan juga kualitas dari hasil kerajinan tangannya dan karyawannya. Ia pun merasa terbantu dengan adanya program KUR dari BRI yang dapat membuatnya meningkatkan taraf usahanya.
"Sebelum bekerja sama dengan BRI produksi kita masih stagnan atau masih kurang banyak dan setelah ada bantuan dari BRI kita bisa produksi lebih banyak. Kira-kira sekitar hampir 20-40% peningkatan produksi dan itu sangat membantu kita," jelas Burhan.
"Omset di rumah produksi kita sebelum kerja sama sekitar Rp 20-25 juta sebulan. Setelah kerja sama bisa mencapai Rp 50-70 juta perbulan," tambahnya.
detikcom bersama BRI mengadakan program Jelajah UMKM ke beberapa wilayah di Indonesia yang mengulas berbagai aspek kehidupan warga dan membaca potensi di daerah. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, ikuti terus beritanya di detik.com/tag/jelajahumkmbri.
(akn/ara)