Pandemi virus Corona (COVID-19) yang berkepanjangan mendatangkan rezeki 'nomplok' bagi para perajin gerabah, khususnya pot bunga. Salah satunya, dialami oleh Muhammad Burhanudin (34) pemilik usaha tembikar di Desa Plumpungrejo, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar.
Dia mengaku sejak pandemi omzetnya melonjak 100 persen dari keadaan normal. Kenaikan ini, turut dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup masyarakat yang lebih sering berada di rumah dan mengoleksi tanaman hias sehingga membutuhkan pot bunga yang unik.
Berbagai motif pot bunga yang dulunya jarang dilirik pun kini mendapatkan tempatnya. Burhan menyebut saat ini pot bunga dari gerabah yang laku keras di usaha kerajinan tembikarnya ini yaitu berupa motif goresan atau ukiran garis sederhana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi kan motifnya ada tiga, ada motif timbul, ada motif semi timbul itu berupa lukisan dan ada lagi yang gores. Nah, kebanyakan pot bunga motif klasik sederhana itu banyak dicari, seperti berupa goresan atau ukiran yang semi timbul," ujarnya kepada detikcom beberapa waktu lalu.
Harga yang dipatok oleh nya pun terbilang terjangkau menyesuaikan ukiran dan kerumitan dari hasil kerajinan gerabah ini. Harga terendah itu berkisar Rp 5.000 - Rp 10.000 dan paling tinggi itu Rp 1 juta, ini biasanya berupa vas bunga atau guci sebagai hiasan di dalam rumah.
"Untuk omzetnya sendiri sekarang ini malah meningkat mas, biasanya kan (normal) sekitar Rp 25 juta sekarang Rp 50-Rp 70 juta. Jadi meningkat. Soalnya kan booming tanaman hias itu, karena banyak (masyarakat yang tinggal) di rumah aja," ungkapnya.
"Permintaan itu kebanyakan luar kota seperti Malang, Surabaya, Tulungagung, Kalimantan dan Bali. Nah, biasanya permintaan dari luar negeri itu datang dari Bali, karena kita ada (reseller) di sana," imbuhnya
Lebih lanjut, dia pun mengaku sebelum masa pandemi ini sudah mengajak para perajin gerabah di desanya untuk membuat kerajinan pot bunga. Hal ini dilakukan agar membuat kerajinan gerabah di Desa Plumpungrejo ini tetap lestari dan tak lekang oleh zaman.
Pasalnya, banyak perajin gerabah di desa tersebut berusia mulai sepuh sehingga hanya fokus membuat alat-alat rumah tangga, seperti kuali, cobek dan lainnya. Sehingga, Burhan mengaku bersyukur dapat mengedukasi masyarakat sekitar sehingga bisa mengambil peluang ini bersama.
"Jadi ini suatu kesempatan bagi masyarakat untuk meningkatkan kreativitas juga untuk lebih berkembang lagi," jelasnya.
Sebagai informasi, dalam mengembangkan usaha hasil turun temurun dari keluarganya nya ini, Burhan mengaku terbantu dengan adanya bantuan permodalan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Bank BRI sebesar Rp 50 juta hingga naik kelas menjadi Rp 250 juta. Modal tersebut ia gunakan untuk pengembangan tempat produksi.
"Saya berharap ke depannya semoga perkembangan pasarnya lebih luas lagi terutama untuk pasar ekspor jenis gerabah, selain itu semoga bisa lebih diketahui masyarakat dengan adanya wisata edukasi jadi masyarakat bisa mengetahui banyak tentang gerabah bisa belajar ke kampung gerabah sini," pungkasnya.
detikcom bersama BRI mengadakan program Jelajah UMKM ke beberapa wilayah di Indonesia yang mengulas berbagai aspek kehidupan warga dan membaca potensi di daerah. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, ikuti terus beritanya di sini.
(mul/ega)