Perajin gerabah atau tembikar di Desa Plumpungrejo, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar mengaku kebanjiran orderan di masa pandemi ini. Tidak hanya dari berbagai daerah di Indonesia melainkan hingga ke mancanegara.
Salah satu perajin gerabah Muhammad Burhanudin (34) menyebut orderan tersebut mencakup tempat tanaman hias yakni pot bunga. Bahkan, dari hasil kerajinan tangan para pemuda di kampungnya ini dilirik oleh perusahaan di luar negeri.
"Permintaan gerabah (pot bunga) saat ini ada ke luar negeri," ujarnya kepada detikcom beberapa waktu lalu saat Jelajah UMKM.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati demikian, Burhan masih belum menyanggupi permintaan produk di pasar ekspor tersebut. Salah satu faktornya berkaitan dengan target produksi yang besar, sehingga untuk pasar ekspor ia mengerahkan kepada reseller gerabah langganannya yang ada di Bali.
"Kalau ekspor sebenarnya ada permintaannya, tapi kita masih belum bisa memenuhi sih, soalnya terkendala di produksi, soalnya kan kalau ekspor ini berhubungan dengan target sih mas," jelasnya.
"Jadi kalau ekspor atau permintaan dari luar negeri biasanya kita kalau kecil-kecil lewat Bali, jadi ada pesanan dari Bali, terus kita kirim jalur sana, sama sana diekspor sendiri lagi," imbuhnya.
Burhan pun menuturkan untuk saat ini jumlah para perajinnya masih terbatas hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan lokal. Sehingga, kata dia, untuk permintaan pasar ekspor yang besarnya dua kali lipat saat ini masih belum menyanggupi.
"Pekerja di sini ada sekitar 15 orang dari warga sekitar dan tetangga desa, anak-anak mudanya saya ambil. Jadi (produksinya) masih terbatas hanya untuk kebutuhan daerah saja, karena 1 orang yang ahli saja biasanya per hari bisa bikin gerabah yang kecil itu hanya sampai 150-an," jelasnya.
Sementara itu, Burhan juga cerita bahwa ada perusahan di Amerika tertarik menjadi reseller langsung untuk menjual kembali produk buatan para perajinnya. Menurutnya, pasar di sana ternyata terbuka dengan hasil kerajinannya ini.
"Permintaan dari luar negeri itu berupa yang sederhana-sederhana kaya pot bunga tapi model klasik seperti warna merah gitu. Ini dari perusahaan dari Amerika, jadi mereka ingin menjual kembali di sana," ungkapnya.
Konon, kata Burhan, si empunya perusahaan di Amerika ini pelaku eksportir dan memiliki istri orang Indonesia yang berasal dari Malang. Sehingga, ia tertarik dengan kerajinan-kerajinan khas Indonesia dan berniat untuk memasarkan di Amerika.
"Jadi dia itu punya istri orang Malang kalau gak salah, jadinya dia punya perusahaan (yang isinya) hasil ekspor gitu, cari barang-barang yang bisa dijual di sana, salah satunya kerajinan. Jadi mereka jual lagi di sana," jelas Burhan.
Sebagai informasi, di masa pandemi ini omzet kerajinan gerabah Burhan meningkat hingga 100%. Tercatat, dari biasanya permintaan per minggu 1 pick up berisi 500-1000 item, kini meningkat hingga 2-3 pick up. Jika dinominalkan satu pick up itu sebesar Rp 10-12 juta. Sementara, untuk omzet per bulannya dari semula 25 juta kini bisa menyentuh Rp 50-70 juta.
Adapun untuk distribusinya kebanyakan berasal dari luar kota seperti Malang, Surabaya, Tulungagung, Kalimantan dan Bali. Sebagaimana diketahui, dalam mengembangkan usaha hasil turun temurun dari keluarganya nya ini, Burhan mengaku terbantu dengan adanya bantuan permodalan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Bank BRI sebesar Rp 50 juta hingga naik menjadi Rp 250 juta. Modal tersebut ia gunakan untuk pengembangan tempat produksi.
detikcom bersama BRI mengadakan program Jelajah UMKM ke beberapa wilayah di Indonesia yang mengulas berbagai aspek kehidupan warga dan membaca potensi di daerah. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, ikuti terus beritanya di sini.
(mul/mpr)