Ekonomi Amerika Serikat (AS) diprediksi akan mengalami kerugian lebih dari US$ 1 triliun setara Rp 14.000 triliun (kurs Rp 14.000/US$) jika memutuskan hubungan dengan China. Hal itu berdasarkan laporan dari Kamar Dagang AS dan Grup Rhodium.
Dikutip dari CNBC, Jumat (19/2/2021) laporan itu mengingatkan bahwa Presiden AS Joe Biden tampaknya akan mempertahankan sikap keras AS kepada China. Dalam laporan itu pula, dipaparkan perkiraan biaya kerugian, jika AS benar-benar putus hubungan dengan China.
Kerugian yang diproyeksikan itu meliputi, pada 2025 nanti, jika AS memperluas tarif pajak perdagangan dengan China sebesar 25%, AS akan menelan kerugian sebesar US$ 190 miliar. Dalam dekade mendatang lagi, penerapan penuh tarif semacam itu akan menyebabkan AS kehilangan potensi pertumbuhan US$ 1 triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selanjutnya, kerugian PDB satu kali lipat hingga US$ 500 miliar jika AS menjual setengah dari investasi langsungnya di China. Investor AS juga akan kehilangan US$ 25 miliar setahun dalam keuntungan modal.
Putus hubungan dengan China juga akan menyebabkan penurunan pemasukan di sektor pariwisata dan ekspor. Kerugiannya mencapai US$ 15 miliar hingga US$ 30 miliar per tahun.
Ketegangan antara AS dan China meningkat dalam tiga tahun terakhir di bawah kepemimpinan mantan Presiden AS Donald Trump. Pemerintahannya terus berusaha untuk membuat kebijakan ekstrem seperti peningkatan tarif dagang, sanksi, dan pengawasan pada bisnis China.
Selain akan menelan kerugian, AS juga diprediksi akan kehilangan daya saing global. Negara-negara lain dikhawatirkan akan mempertimbangkan kembali hubungan mereka dengan AS. Ditambahkan bahwa langkah ini akan meningkatkan kerugian bagi AS.
Laporan tersebut juga secara khusus melihat dampak dari kebijakan Gedung Putih pada industri penerbangan, semikonduktor, bahan kimia, dan perangkat medis. Putusnya hubungan bisnis AS dari pasar China sepenuhnya kemungkinan akan memiliki konsekuensi yang lebih besar bagi kepemimpinan global AS dalam jangka panjang.
Tonton juga Video: AS Desak China Hentikan Tekanan Militer-Ekonomi ke Taiwan