Survei terbaru dari sebuah lembaga think-tank nirlaba, Conference Board menunjukkan bahwa ada perbedaan optimisme yang signifikan antara para pemimpin perusahaan AS dengan para pekerja di sana. Menurut hasil survei itu, selama pandemi, para CEO AS justru menjadi begitu optimis terhadap masa depan bisnisnya.
Sebaliknya, jutaan warga AS yang masih menganggur dan masih membutuhkan bantuan pemerintah untuk memenuhi kebutuhannya akibat pandemi, justru tak mengalami optimisme serupa.
Hasil survei itu merupakan bukti lain dari pemulihan ekonomi berbentuk huruf K, di mana beberapa orang Amerika mengalami peningkatan ekayaan yang signifikan, sebaliknya yang lain justru semakin memburuk.
Survei sentimen konsumen dari Universitas Michigan ini menunjukkan bahwa rumah tangga yang berpenghasilan kurang dari US$ 75.000 per tahun, merasa sangat pesimis tentang masa depan keuangan mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, kepercayaan CEO mencapai 73 poin pada kuartal pertama tahun ini, menandai level tertinggi sejak periode yang sama pada 2004, menurut Conference Board.
Apa yang membuat para pemimpin bisnis begitu optimis sementara banyak pekerja merasa sebaliknya?
Para CEO yang ikut serta dalam survei itu optimistis prospek gaji karyawannya telah membaik dan potensi terjadinya PHK bisa lebih rendah dari yang terjadi selama pandemi. Hanya 12% dari CEO yang disurvei yang mengatakan mereka mengharapkan pengurangan tenaga kerja selama 12 bulan ke depan. Meski begitu, jumlahnya tetap turun dari 34% dalam survei kuartal keempat.
Selain itu, 82% CEO mengharapkan ekonomi membaik selama enam bulan ke depan, melonjak dari 63%.
"Dengan peluncuran vaksin yang sedang berlangsung di negara-negara besar, CEO memasuki tahun 2021 secara historis optimis," kata Dana Peterson, kepala ekonom di Conference Board dikutip dari CNN, Jumat (19/2/2021).