Pandemi Bikin Ketimpangan di AS Kian Melebar, Ini Buktinya

Pandemi Bikin Ketimpangan di AS Kian Melebar, Ini Buktinya

Soraya Novika - detikFinance
Jumat, 19 Feb 2021 09:10 WIB
Pelantikan Presiden AS menjadi momen penting yang ditunggu-tunggu warga Amerika hingga dunia. Biasanya dalam situasi normal, pelantikan presiden akan berlangsung meriah dan dihadiri jutaan warga Amerika Serikat yang berkumpul di komplek Gedung Capitol, Washington DC.
Ilustrasi/Foto: AP Photo
Jakarta -

Survei terbaru dari sebuah lembaga think-tank nirlaba, Conference Board menunjukkan bahwa ada perbedaan optimisme yang signifikan antara para pemimpin perusahaan AS dengan para pekerja di sana. Menurut hasil survei itu, selama pandemi, para CEO AS justru menjadi begitu optimis terhadap masa depan bisnisnya.

Sebaliknya, jutaan warga AS yang masih menganggur dan masih membutuhkan bantuan pemerintah untuk memenuhi kebutuhannya akibat pandemi, justru tak mengalami optimisme serupa.

Hasil survei itu merupakan bukti lain dari pemulihan ekonomi berbentuk huruf K, di mana beberapa orang Amerika mengalami peningkatan ekayaan yang signifikan, sebaliknya yang lain justru semakin memburuk.

Survei sentimen konsumen dari Universitas Michigan ini menunjukkan bahwa rumah tangga yang berpenghasilan kurang dari US$ 75.000 per tahun, merasa sangat pesimis tentang masa depan keuangan mereka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, kepercayaan CEO mencapai 73 poin pada kuartal pertama tahun ini, menandai level tertinggi sejak periode yang sama pada 2004, menurut Conference Board.

Apa yang membuat para pemimpin bisnis begitu optimis sementara banyak pekerja merasa sebaliknya?

ADVERTISEMENT

Para CEO yang ikut serta dalam survei itu optimistis prospek gaji karyawannya telah membaik dan potensi terjadinya PHK bisa lebih rendah dari yang terjadi selama pandemi. Hanya 12% dari CEO yang disurvei yang mengatakan mereka mengharapkan pengurangan tenaga kerja selama 12 bulan ke depan. Meski begitu, jumlahnya tetap turun dari 34% dalam survei kuartal keempat.

Selain itu, 82% CEO mengharapkan ekonomi membaik selama enam bulan ke depan, melonjak dari 63%.

"Dengan peluncuran vaksin yang sedang berlangsung di negara-negara besar, CEO memasuki tahun 2021 secara historis optimis," kata Dana Peterson, kepala ekonom di Conference Board dikutip dari CNN, Jumat (19/2/2021).

Selain itu, pasar saham mendekati rekor tertinggi, dengan Dow (INDU) mencatat rekor tertinggi baru sepanjang masa pada hari Rabu kemarin dan valuasi perusahaan pun ikut melonjak.

Kekuatan di pasar disebabkan oleh harapan akan lebih banyak stimulus pemerintah untuk menghidupkan kembali perekonomian, serta peluncuran vaksin di seluruh negeri.

Goldman Sachs (GS) memprediksi produk domestik bruto AS, akan tumbuh tahun ini pada laju tercepat sejak 1989. Sementara itu, suku bunga Federal Reserve tetap mendekati nol, jadi lebih murah bagi perusahaan untuk meminjam atau membayar hutangnya.

Para CEO mungkin happy dengan prediksi-prediksi tersebut. Akan tetapi tidak berlaku bagi jutaan warga Amerika.

Lebih dari 18 juta orang masih bergantung pada bantuan tunjangan di bawah berbagai program pemerintah pada minggu terakhir Januari lalu, menurut Departemen Tenaga Kerja AS.

Para ekonom mengkhawatirkan ada dampak dari pengangguran jangka panjang terhadap perekonomian secara menyeluruh, semakin lama pekerja tidak bekerja, semakin kecil kemungkinan mereka untuk kembali bekerja. Sementara itu, banyak dari mereka yang telah kembali bekerja mengalami pemotongan jam atau gaji, atau mungkin keduanya, karena pandemi, ekonomi memperburuk ketidakadilan di Amerika.


Hide Ads