Menjadi seorang pengusaha memanglah tidak mudah, setidaknya butuh perjuangan untuk mencapai titik kesuksesan. Di Indonesia sendiri, banyak peluang usaha yang bisa mendatangkan pundi-pundi keuntungan.
Peluang usaha bisa datang berasal dari mana saja, seperti yang dialami oleh Katon Setiawan dan Iwan Rahadi. Kedua pria ini tidak menyangka hobi telah membawa dirinya menjadi seorang pelaku usaha yang karya atau produknya laku sampai luar negeri.
Katon dan Iwan adalah customizer toys atau sederhananya tukang dandan mainan. Katon berkecimpung di dunia action figure sedangkan Iwan di skena diecast. Pekerjaanya sama-sama memodifikasi mainan dan membuat beda dari yang dikeluarkan oleh pabrikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mulai dari Katon, dia memulai usaha ini ini sejak 2015. Awalnya dia selalu memposting hasil karyanya ini di lingkungan komunitas action figure. Butuh waktu lama hingga akhirnya dia memberanikan diri membuka orderan untuk khalayak banyak. Pasarnya pun kini tidak sebatas teman komunitas, melainkan para penghobi yang tinggalnya bahkan di luar negeri.
"Pasar di Indonesia ada, tapi kalau sekarang ramainya di luar," kata Katon kepada detikcom, Minggu (21/2/2021).
Baca juga: Ada Cuan dari Jasa 'Tukang Dandan' Mainan |
Pangsa pasar dalam negeri, kata Katon berasal dari daerah besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Jogjakarta. Sedangkan pangsa pasar luar negeri berasal dari Asia, Eropa, hingga Timur Tengah.
"Jerman tembus, Perancis, terus Thailand, ada satu negara dekat Arab saya lupa nama nya, sampai saya cek di map pun ada, itu saya kaget," ujarnya.
Katon sangat aktif di Instagram. Melalui akun @katonterlihat dia memasarkan semua hasil karyanya. Konsumen yang ingin memakai jasanya pun tinggal menghubungi lewat akun tersebut.
Dia menjual jasa mendandani action figure mulai dari cat ulang atau repainting, membuatkan aksesoris tambahan, hingga diorama. Tarif yang ditawarkan pun relatif murah dan disesuaikan dengan tingkat kesulitan dari pengerjaan.
"Misalnya untuk ukuran 1/12 tarif paling bawah di angka Rp 400 ribu itu contoh painting belum full figure. Paling mahal untuk satu pekerjaan pernah tembus Rp 25 juta, itu bikin diorama," katanya.
Hal serupa juga dirasakan oleh Iwan. Dia lebih banyak diminati oleh para warga negara asing (WNA). Dia mengaku lebih banyak menerima orderan modifikasi atau menjual karyanya ke Amerika Serikat (AS).
Dia menceritakan, beberapa bulan setelah menggeluti bisnis ini hasil karyanya langsung dibeli oleh penghobi yang berasal dari negeri Paman Sam. Iwan menjalankan bisnis ini sejak tahun 2018.
Iwan mengungkapkan dari awal hingga saat ini hanya mengandalkan Instagram sebagai lapak dagangannya. Dia biasanya memasarkan karyanya di akun @garasi_koe.
"Ke luar itu biasanya US paling banyak, kemudian Inggris, Australia, ada juga Puerto Rico," ujar Iwan.
Menurut Iwan, pangsa pasar di tanah air sendiri masih besar. Dia juga pernah mengirim beberapa hasil 'dandanin' mainan mobilannya ke beberapa kota besar seperti Jakarta, Medan, Kalimantan dan lainnya.
Untuk pangsa pasar dalam negeri, dikatakan Iwan lebih banyak yang berasal dari permintaan. Di mana, customer ingin dibuatkan mobil yang dimilikinya dalam versi miniatur.
"Jadi mostly yang beredar di kita. Misalnya orang itu punya Brio ceper, yang mau dibikinin yang sesuai dengan mobilnya," katanya.
Sementara yang berasal dari luar negeri, Iwan mengatakan kebanyakan sesuai permintaan. Di mana customer mengirimkan foto mobil yang diinginkan nanti dirinya tinggal mencari part dan mengeksekusinya.
Iwan mengaku untuk saat ini tidak lagi takut menerima orderan sesuai permintaan konsumen karena di skena diecast sudah banyak teman-teman komunitas yang khusus memproduksi part seperti mesin, jok, velg, dan lainnya.
Hingga saat ini, Iwan mengungkapkan menerima orderan rata-rata tujuh hingga delapan proyek 'dandanin' mainan dalam satu bulan. Proses pengerjaannya pun beragam, mulai dari tiga hari sampai tiga minggu atau tergantung dari tingkat kesulitan proses utak atiknya.
"Kalau tarif rangenya itu paling murah Rp 350 ribu untuk yang painting, kalau yang sulit itu saya pernah dapat Rp 5 juta," ungkapnya.
Menurut dia, jasa 'dandanin' mainan ini merupakan usaha yang sangat membutuhkan kepercayaan. Sebab, pelaku usahanya banyak dan pangsa pasarnya sangat luas. Jika tidak memiliki kepercayaan, maka akan kalah dengan yang lainnya.
"Karena waktu mulai usaha ini kan nggak ada yang tahu ini benar atau tidak. Caranya kalau setiap posting harus pakai hashtag yang bisa diakses oleh semua orang," ungkapnya.
(hek/zlf)