Bisnis jasa 'dandani' mainan atau customizer dinilai bakal langgeng meskipun pangsa pasarnya hanya pada kalangan penghobi saja. Eksistensi komunitas mainan menjadi tolak ukur bisnis ini.
Pakar marketing, Yuswohady menilai pangsa pasar usaha jasa modifikasi mainan ini sebetulnya besar karena pelakunya menjual atau menawarkan jasanya melalui media sosial.
"Kalau dulu komunitas itu terbatas, itu hanya per kota. Kalau sekarang karena adanya digital kemudian marketnya menjadi komunitas yang mendunia," kata Yuswohady kepada detikcom, Jakarta, Minggu (21/2/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski pasarnya terbatas pada lingkungan komunitas, jasa 'dandani' mainan ini dikatakan Yuswohady mampu menjadi usaha yang berkelanjutan alias langgeng.
"Karena ini sangat menarik dan potensi pasarnya terbuka luas," katanya.
Usaha jasa 'dandani' mainan ini ada di komunitas action figure dan diecast. Tukang utak atik mainan ini diperlukan bagi para penghobi yang ingin mainannya berbeda atau disempurnakan dengan tambahan aksesoris hingga pengecatan ulang.
Dia menilai langgengnya bisnis 'dandani' mainan ini juga dikarenakan setiap manusia dibekali dengan karakter bermain. Dengan demikian, produk-produk seperti action figure dan diecast banyak peminatnya.
"Kalau pandemi ini terus lockdown, maka ranah mainan ini akan naik terus dan jelas akan growing. Tetapi kalau sudah tidak pandemi lagi usaha ini tetap sustainable. Karena ada unsur gaming, bermain, kemudian investasi," ungkapnya.
Baca juga: Ada Cuan dari Jasa 'Tukang Dandan' Mainan |
Sementara Katon Setiawan, salah satu pelaku jasa 'dandani' action figur ini menilai pangsa pasar usaha yang dijalankan sekarang ini sangat besar. Sebab peminatnya tidak hanya dari lingkungan komunitas, melainkan masyarakat biasa yang hobi dengan mainan baik dalam maupun luar negeri.
Hanya saja, untuk saat ini dirinya berharap pemerintah dapat memfasilitasi pameran industri kreatif khususnya di sektor mainan. Menurut dia, pameran seperti ini menjadi salah satu upaya menjaga ekosistem usaha 'dandani' mainan ke depannya.
"Sekarang tidak ada toys fair. Pameran itu tidak hanya berpengaruh pada penjualan, tapi juga branding," kata Katon.
Adanya pameran, dikatakan Yuswohady juga bisa menjadi ajang kaderisasi para penghobi mainan yang ke depannya akan menjadi pasar bagi pelaku usaha 'dandani' mainan baik action figure, diecast, atau yang lainnya.
"Karena market ini unik, para pemainnya pasti sangat ngerti misalnya miniatur mobil, detailnya seperti apa. Makanya harus ada proses kaderisasi, para pemula harus diajari agar adanya pemain baru yang membesarkan pasar," ungkap Yuswohady.
(dna/dna)