Dampak Pandemi COVID-19 berimbas luar biasa terhadap perekonomian. Akibatnya, APBN harus bekerja ekstra keras untuk menjaga ekonomi tetap stabil.
"APBN kita sebagai instrumen fiskal bekerja luar biasa keras menahan pukulan pandemi," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Selasa (23/2/2021).
Sejak masa pandemi masuk ke Indonesia dan memukul ekonomi RI hingga minus 5,32%, kata Sri Mulyani, pemerintah dan DPR bergerak cepat untuk membahas mengenai kebijakan fiskal untuk merespon kondisi perekonomian di Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Begitu pandemi akhir tahun di Wuhan dan menjalar ke seluruh dunia kuartal 1, kita alami pukulan 2,97%. Kuartal II yang terberat di minus 5,32%. APBN mulai diformulasikan dengan sangat cepat perppu nomor 1 tahun 2020 yang anda semuanya masih ingat. April sudah langsung disampaikan dan disetujui DPR. Ini respon kebijakan fiskal yang tercepat di dunia, di dunia banyak yang eksekutifnya harus negosiasi dengan legislatifnya," ujarnya.
Sri Mulyani menyebut respons yang dilakukan oleh Indonesia sangat cepat dan tepat.
"Komposisi respon fiskal kita ini COVID akan menghantam rakyat langsung, beda 2008 lalu guncangan ada di lembaga keuangan. Covid guncanganya langsung ke akar rumput. Perlindungan sosial jadi item terbesar 220 triliun langsung digelontorkan untuk masyarakat kita itu mulai dicairkan ke kuartal II dan kuartal III. Perlindungan sosial melonjak," ujarnya.
"Jadi program pemulihan ekonomi menggambarkan APBN pemulihan ekonomi termasuk belanja negara Rp 2589,9 triliun bekerja sangat cepat dan tepat untuk menahan guncangan pukulan COVID ke perekonomian dan ke masyarakat. Dampaknya ke kuartal III langsung ada pemulihan dan pembalikan dari pemburukan ekonomi bisa dilakukan," imbuhnya.
Simak video 'Sri Mulyani Optimistis Pertumbuhan Ekonomi 2021 Sekitar 5%':