Perajin Golok & Kujang di Bandung Bisa Cuan Rp 35 Jutaan Sebulan

ADVERTISEMENT

Perajin Golok & Kujang di Bandung Bisa Cuan Rp 35 Jutaan Sebulan

Yudistira Imandiar - detikFinance
Rabu, 24 Feb 2021 12:18 WIB
Perajin golok di Sukamahi Kabupaten Bandung
Foto: Agung Pambudhy/detikcom
Kabupaten Bandung -

Sejak puluhan tahun lalu, Kampung Sukamahi di Kecamatan Pasirjambu, Bandung, Jawa Barat menjadi sentra penghasil golok. Sejatinya bukan hanya golok yang diproduksi warga setempat, tapi juga pisau, kujang, pedang, dan sebagainya.

Nyaris setiap rumah di Kampung Sukamahi ambil bagian dalam kegiatan produksi golok. Beberapa orang menjadi pandai besi, sementara yang lainnya membuat pegangan, sarung, hingga menjadi tukang pulas.

Ujang Wawan, salah satu perajin di daerah tersebut sudah familiar dengan kegiatan produksi golok dan sebagainya sejak ia kecil. Saat dewasa, Ujang meneruskan usaha orang tuanya menjual sekaligus menjadi perajin aneka perkakas tajam itu.

Pria berusia 41 tahun ini mengulas dulunya ia hanya memasarkan golok dan perkakas lain dari perajin di kampungnya. Ia berjualan ke Jakarta, Bekasi, hingga Cirebon. Barang-barang itu dikirimkan ke toko-toko besar yang rutin memesan kepada Ujang.

Baru lima tahun belakangan ini Ujang memutuskan untuk memproduksi sendiri perkakas tersebut. Dibantu dua orang karyawan, Ujang bisa menyelesaikan ratusan pesanan pisau dan kujang setiap minggu.

Perajin golok di Sukamahi Kabupaten BandungPerajin golok di Sukamahi Kabupaten Bandung Foto: Agung Pambudhy/detikcom

Ujang mengatakan dirinya bisa menjual 2.000-5.000 perkakas setiap bulannya. Ada yang memesan golok, pisau, karambit, serta kujang.

"Kalau golok itu biasanya buat pakai. Tapi kalau kujang, karambit itu buat hiasan, oleh-oleh di tempat pariwisata seperti di Situ Patenggang (Bandung)," jelas Ujang kepada detikcom.

Ia menjelaskan biasanya perajin di Sukamahi menjual produknya ke bandar besar di kampung tapi karena sudah punya jaringan penjualan yang cukup luas, Ujang bisa memasarkan produknya ke toko besar yang membeli dengan harga lebih mahal.

"Golok itu berkisar Rp 45-200 ribu. Harganya tergantung dari ukuran dan bentuknya. Kalau di sini disebut bedog sayur, itu golok untuk di kebun harganya murah. Tapi kalau golok hias harganya ratusan ribu," ungkapnya.

Dari usaha membuat golok, kujang dan sebagainya, dalam sebulan Ujang bisa memperoleh pendapatan bersih hingga Rp 35 juta.

"Ya pesanan itu nggak menentu. Kadang satu bulan pesanan golok terus, kadang kujang sebulan, pisau kudik. (Produksi) itu kadang hambatannya cuaca, bahan baku. Kadang bahan baku telat dikirimnya," urai Ujang.

Untuk memperlancar usahanya, Ujang mengajukan KUR ke Bank BRI. Ia meminjam modal Rp 100 juta untuk mengembangkan produksi di workshop miliknya.

"Pinjaman itu dipakai buat beli mesin. Seperti mesin amplas, sebelum pakai mesin itu diamplas manual. Lama sekali prosesnya. Setelah ada mesin produksi lebih banyak," sebut Ujang.

detikcom bersama BRI mengadakan program Jelajah UMKM ke beberapa wilayah di Indonesia yang mengulas berbagai aspek kehidupan warga dan membaca potensi di daerah. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, ikuti terus beritanya di detik.com/tag/jelajahumkmbri.



Simak Video "Dari Rancabali sampai Pengalengan, untuk Kopi dan Strawberry."
[Gambas:Video 20detik]
(prf/ara)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT