Belasan orang perwakilan dari korban investasi pohon jati kebon (jabon) hari ini melakukan gelar perkara di Mabes Polri atas dugaan penipuan yang dilakukan oleh PT Global Media Nusantara (GMN). Mereka membeberkan bujuk rayu yang ditawarkan selama ini hingga membuat kepincut untuk berinvestasi.
Salah satu korban asal Bandung, Achmad mengatakan investasi jabon ini menggunakan skema ponzi berkedok multi-level marketing (MLM). Para investor dituntut untuk mencari investor baru dengan keuntungan mendapat penghargaan.
"Iya skema MLM. Jadi ini harus cari (investor baru). Semua di sini punya member, nanti mendapat prestasi dari mencari investor," kata Achmad ditemui di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (24/2/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, banyak paket-paket menarik yang ditawarkan investasi jabon ini. Misalnya memborong 1 hektare (Ha) tanah sekaligus dengan harga Rp 242.500.000 dijanjikan akan ditanami 765 pohon ditambah dapat hadiah jalan-jalan ke luar negeri.
"Kita dituntut 'ayo bantu mitra kita supaya bisa panen, sukseskan hilirnya kamu beli ya'. Ngadain promo-promo sampai ke luar negeri buat orang-orang yang beli paket. Padahal mereka ke luar negeri itu secara tidak sadar pakai uangnya sendiri," ucapnya.
Bujuk rayu lainnya yang dilakukan perusahaan adalah mengkonsepkan agama dengan menyebut bahwa pemilik orang yang taat beribadah. Perusahaan juga disebut telah memiliki Surat Izin Usaha Penjualan Langsung (SIUPL), makanya dia berani investasi hingga Rp 500 juta.
"Kami diyakinkan dengan segala legalitasnya, dengan segala janji hilirnya sudah siap, ekspornya juga sudah disiapkan akhirnya dengan satu gimmick luar biasa bawa-bawa agama 'owner-nya ini soleh, puasa nabi daud' gitu-gitu lah. Akhirnya kita mendukung program ini," bebernya.
Korban lainnya, Syaifullah asal Aceh menjelaskan investasi jabon berkedok program penghijauan demi selamatkan bumi, hingga menghasilkan ekonomi kerakyatan sambil di sisi lain mendapatkan keuntungan.
"Mereka berkedok pada saat itu menyampaikan 'Pak ini kan program penghijauan, bisa menghijaukan bumi, menambah oksigen, nanti kalau panen ini bisa menghasilkan ekonomi banyak orang, ini bisa merancang masa depan orang, sayang kalau nggak ikut," tirunya.
Mengalami kerugian Rp 62 juta, Syaifullah menilai sebenarnya konsep investasi yang dilakukan perusahaan sudah bagus, namun dalam pelaksanaannya mereka lalai dalam menjalankan tugas.
"Jadi masalahnya di perusahaannya selama ini bisnisnya tidak dikontrol, lemah lah dalam hal itu, lebih fokus pada marketingnya saja," ucapnya.
(aid/dna)