Punya Potensi Besar, Kopi Bandung Bisa Saingi Gayo & Toraja?

Punya Potensi Besar, Kopi Bandung Bisa Saingi Gayo & Toraja?

Nurcholis Maarif - detikFinance
Jumat, 26 Feb 2021 16:51 WIB
Biji kopi
Foto: Agung Pambudhy/detikcom
Kabupaten Bandung -

Data Dinas Pertanian Kabupaten Bandung mencatat kopi merupakan komoditas yang paling produktif dibanding komoditas perkebunan lainnya seperti teh, tembakau, dan cengkeh. Kabupaten Bandung memproduksi 6.606 ton kopi pada tahun 2018 dan 6.671 ton pada tahun 2019.

Penambahan produktivitas tersebut linier dengan penambahan satu juta lahan kopi di Bandung setiap tahunnya. Sekretaris Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Diar Hadi Gusdinar mengatakan bahkan Kabupaten Bandung dipilih menjadi major strategis nasional untuk komoditas kopi.

"Kopi sejak tahun 2003 pengembangannya. Mulai menanam sampai 1 juta per tahunnya. Nah karena terus ditanam, sekarang ini luasannya sekitar 11 ribu hektare di Kabupaten Bandung ini," ujarnya kepada detikcom beberapa waktu lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena kan ini kebetulan di sini ini ada dikelilingi gunung, dataran tinggi, jadi mendukung menghasilkan kopi arabika yang berkualitas tinggi. Nah kalau bibitnya sih dari Medan, Sigarantang, tapi karena tempat dan cuacanya yang berbeda kan aromanya berbeda dibandingkan yang dari Medannya, jadilah unggulan," imbuhnya.

Ia juga menjelaskan kebijakan dan promosi terus menerus yang dikeluarkan oleh Pemkab Bandung menjadi alasan mengapa Kopi Bandung dilirik oleh Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pertanian. Kebijakan itu berlaku dari hulu atau penanaman kopi hingga ke hilir seperti kontes kopi dan pemasaran.

ADVERTISEMENT

"Kenapa nggak di Gayo misalnya atau di Medan, atau di Toraja, atau di Bali, atau di Lampung, kenapa kok bisa begitu? Karena memang sejak beberapa tahun terakhir, Kabupaten Bandung ini punya kebijakan yang kuat dari pimpinannya, terutama pak bupati di sektor kopi," ujarnya.

"Dia terus mempromosikan sampai ke Australia, Singapura, bahkan Norwegia, ke Kanada. Dilihat oleh kementerian begitu seriusnya, anggaran juga lumayan, apalagi promosinya terus melibatkan UMKM kopi sampai ada 45 brand kopi, di samping Malabar, ada Gunung Tilu," imbuhnya.

Biji kopiBiji kopi Foto: Agung Pambudhy/detikcom

Ia mengatakan Kabupaten Bandung juga sering mengirim barista kopi dalam berbagai ajang lokal maupun internasional seperti di Inggris. Lalu masuk dalam Asosiasi Kopi Master Indonesia yang hanya ada di Bandung.

"Kemudian kita menyelenggarakan Kontes Kopi Specialty Indonesia (KKSI), itu selalu setiap selalu ada KKSI, kopi dari Bandung menjadi juara, itu yang diselenggarakan KKSI Asia Tenggara," imbuhnya.

Namun potensi besar itu juga berbarengan dengan beberapa masalah yang dihadapi. Misalnya kopi dari petani yang sudah dibeli terlebih dulu bahkan sebelum panen. Hal ini juga yang membuat branding Kopi Bandung kurang kuat.

Salah satu tempat menarik untuk belajar tentang kopi adalah Kopi Malabar Indonesia di Desa Margamulya, Kabupaten Bandung. Pengunjung juga bisa menikmati agrowisata di sini.Salah satu tempat menarik untuk belajar tentang kopi adalah Kopi Malabar Indonesia di Desa Margamulya, Kabupaten Bandung. Pengunjung juga bisa menikmati agrowisata di sini. Foto: Agung Pambudhy

Program major project strategis yang akan mendirikan satu perusahaan penampung kopi dari petani diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Selain itu menurut Marketing Kopi Malabar Indonesia, Agung Budiyono, setiap brand kopi di Bandung juga harus lebih menonjolkan branding Kopi Bandung.

"Saya sering berbicara bagaimana caranya supaya kopi kita di Kabupaten Bandung khususnya tidak ditarik (diakui atau diklaim) oleh orang luar, dari Medan, Surabaya. Jadi tetap Kopi Kabupaten Bandung, bukan Kopi Medan, bukan Kopi Sumatera," ujarnya.

"Jadi nama-nama setiap daerah itu terjaga. Kan (biasanya orang) Medan ke sini datang setahun sekali cuma beli kopi. Yang dibeli cuma seenaknya, harganya Rp 6 ribu, Rp 7 ribu. Sistem mereka ijon, melihat proses pohon kopi yang sudah berbunga, mereka masukkin uang ke petani. Jadi petani nggak bisa ke mana-mana. Jadi (biasanya petani) asal ceplak (harga) aja," imbuhnya.

Salah satu tempat menarik untuk belajar tentang kopi adalah Kopi Malabar Indonesia di Desa Margamulya, Kabupaten Bandung. Pengunjung juga bisa menikmati agrowisata di sini.Salah satu tempat menarik untuk belajar tentang kopi adalah Kopi Malabar Indonesia di Desa Margamulya, Kabupaten Bandung. Pengunjung juga bisa menikmati agrowisata di sini. Foto: Agung Pambudhy

Hal itu menurutnya yang membuat Kopi Bandung kurang populer. Namun ia yakin Kopi Bandung masih membayangi keterkenalan Kopi Gayo dan Toraja.

"Intinya kita kurang power, angkanya kurang. Jadi dulu kan Indonesia terkenalnya (kopi) Gayo, Lampung, Toraja ya kan. Terus Malabar atau Kopi Bandung tuh posisinya ada di sini (menunjukkan jari ketiga). Gayo tetap di atas, Toraja di sini (kedua), Java Preanger atau Kopi Bandung atau Kopi Jawa Barat mendekati," pungkasnya.

Sebagai informasi, Kopi Malabar Indonesia merupakan agrobisnis kopi dari hulu ke hilir dan merupakan UMKM binaan Bank BRI. Kopi Malabar mendapat bantuan CSR home stay dari Bank BRI untuk penginapan peserta pelatihan. Selain itu, para petaninya juga mendapat bantuan KUR peternakan domba yang terintegrasi dengan kebun kopi di kaki Gunung Malabar.

detikcom bersama BRI mengadakan program Jelajah UMKM ke beberapa wilayah di Indonesia yang mengulas berbagai aspek kehidupan warga dan membaca potensi di daerah. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, ikuti terus beritanya di detik.com/tag/jelajahumkmbri.




(prf/hns)

Hide Ads