3. Omzet Puluhan Juta Per Hari
Gapoktan yang Dede mengelola lahan kurang lebih 350 hektare (Ha). Setiap hari gapoktan ini bisa memproduksi dan mengirim 40 hingga 65 ton sayuran hortikultura (kol, tomat, dan didominasi labu) ke pasar induk yang ada di Bandung, Tangerang, Bogor, hingga Cirebon.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyebut dari hasil penjualan itu dalam sehari ia bisa mendapatkan omzet Rp 50 juta- Rp 100 juta. Jika diakumulasi, dalam sebulan Dede memperoleh omzet hingga Rp 1,5 miliar karena pengiriman labu nyaris tidak pernah libur.
"Perputaran uangnya per hari ya Rp 50-100 juta, kotornya, omzet. Kalau tonase barang, rata-rata 40 ton, puncaknya nyampe 65 ton, kemarin sudah nyampe 55 ton. Armada yang berangkat ada engkol 3, doublenya 2, 2 L300," ujarnya.
Menurut Dede Regge, panggilan akrabnya, bergelut di usaha sayuran bukan berarti tak punya resiko. Bukan sekali dua kali ia pernah merugi karena sayurannya tak laku. Ia bahkan mengatakan rugi tersebut sudah menjadi kebiasaan.
"Kalau rugi sudah resiko, sudah kebiasaan, sudah pekerjaan tiap hari mah sudah biasa. Di sayuran tuh kalau itung-itungan hasil nggak kaya (kerja jadi) PNS lah, misalnya per bulan (digaji) sekian. Kalau di sayuran tuh 2 kali 2 bisa 10, bisa 7, bisa minus malah," ujarnya.
4. Bisa Bangun Rumah Mewah Rp 2,5 M!
Dari hasil jerih payahnya, Dede mampu menghadirkan kehidupan yang layak bagi keluarganya, bahkan tergolong mewah. Dua tahun lalu, Dede membangun rumah impiannya di Desa Cukanggenteng. Sebuah rumah megah dengan pilar besar, serta lantai granit yang berdiri tepat di sisi perkebunan labu miliknya.
Usut punya usut, pembangunan rumah itu memakan biaya Rp 2,5 miliar. Dede mencurahkan hasil tabungannya selama bertahun-tahun bertani untuk membangun rumah tersebut.
"Ini baru jadi tahun lalu, 2019. Pindah juga di awal 2020. Ini (lahannya) sekitar 1400 meter. Dulunya buat tambak, pas dibangun diurug. Tapi di bawah itu masih ada sisa kolamnya," jelas Dede.
Untuk hunian keluarga kecilnya itu, Dede memilih arsitektur bergaya mediterania. Ditandai dengan keberadaan pilar-pilar besar di bagian fasad. Ia bercerita desain rumah tersebut didapatkannya dari hasil berselancar di media sosial dan disempurnakan oleh arsitek.
"Konsepnya saya lihat-lihat di Instagram, terus dirapihin lagi sama arsiteknya," kata Dede.
Bagian belakang rumah tersebut menjadi pusat aktivitas pengemasan dan bongkar muat labu dan sayur-sayuran lain dari hasil panen Dede dan petani lain di desanya. Setiap pagi hingga sore rumah tersebut ramai oleh hiruk pikuk para pekerja.
5. Cuan dari Bertani, Beli Toyota Alphard
Selain berhasil membangun sebuah rumah mewah, Dede juga memboyong Toyota Alphard untuk kendaraan keluarga. Mobil lansiran tahun 2003 itu dipilih Dede karena nyaman untuk bepergian bersama keluarga.
"Tadinya pakai (Honda) Brio, terus ada teman jual ini (Toyota Alphard 2003). Saya bilang, kalau mau tukar (tambah) sama Brio ya boleh lah. Ternyata dikasih ya sudah ya ambil. Enak lah pakai ini walaupun agak boros," ujar Dede sambil terkekeh.
Dede menyatakan, dengan kesuksesan yang dicapai, ia tak hanya ingin membahagiakan diri sendiri tapi juga menularkan kesenangan ke orang-orang di sekitarnya. Setiap tahun, dari hasil simpanannya, ia mengajak anggota Gapoktan Regge untuk berekreasi.
(vdl/fdl)