Ekspor Pisang RI ke AS Repot Banget

Terpopuler Sepekan

Ekspor Pisang RI ke AS Repot Banget

Tim detikcom - detikFinance
Sabtu, 27 Feb 2021 15:00 WIB
Pisang Pernah Jadi Pemicu Konflik hingga Simbol Rasisme
Foto: Getty Images/iStockphoto/pressdigital
Jakarta -

Ekspor pisang ke Eropa dan Amerika dinilai cukup merepotkan. Menurut Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM), banyak syarat yang harus dipenuhi eksportir untuk bisa mengirimkan pisangnya ke negara-negara di wilayah tersebut.

Ia mengungkapkan, untuk bisa ekspor pisang ke Eropa dan Amerika, ada 21 sertifikat yang harus dimiliki eksportir. Parahnya lagi, menurut Teten persyaratan jumlah sertifikat itu tak ada hubungannya dengan kualitas barang yang diekspor.

"Untuk satu pisang saja butuh 21 sertifikat untuk masuk pasar Eropa dan Amerika. Saya tanya sertifikat apa? Ya sebenarnya hanya untuk mempersulit ekspor saja, bukan berkaitan dengan kualitas dan sebagainya," ungkap Teten dalam peresmian program 500K Eksportir Baru yang dilihat virtual, Rabu (17/2/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Oleh sebab itu, ia meminta Indonesia jangan mempermudah impor ketika untuk mengekspor saja dipersulit. Ia menegaskan, syarat untuk ekspor dan impor harus seimbang antarnegara, termasuk untuk ekspor pisang.

"Untuk itu jangan mudah juga lah, mungkin kalau kita impor juga harus tambah juga lah sertifikatnya. Jangan kalau kita ekspor sulit, kalau impor kita permudah lah ini saya kira harus kita atur juga," tegasnya.

ADVERTISEMENT

Untuk memenuhi target 500.000 eksportir baru sampai 2030, izin ekspor harus lebih dipermudah. Ia pun memastikan akan menyiapkan kapasitas dan daya saing produk UKM seperti pendampingan berkelanjutan sampai mereka siap ekspor.

"Kami sudah minta deputi kami menginventarisir produk-produk UKM yang potensial untuk ekspor, kita dampingi sampai memang mereka siap ekspor, jadi memang izin-izin ini harus kita permudah termasuk dukungan logistiknya," kata Teten.

Akan tetapi, Ketua Umum Asosiasi Eksportir Sayuran dan Buah Indonesia (Aesbi) Hasan Johnny mengungkapkan kesulitan yang berbeda untuk ekspor buah. Menurutnya, sertifikasi bukan masalah utama sulitnya ekspor pisang ke luar negeri. Hasan justru kaget mendengar pernyataan ada 21 sertifikat yang menghambat ekspor.

"Kalau sampai 21 sertifikat ini saya baru dengar ya. Apa mungkin dibesar-besarkan aja ya," kata Hasan kepada detikcom.

Menurutnya, ekspor pisang ke beberapa negara tak banyak mensyaratkan sertifikasi, contohnya ke China dan Singapura. Kalaupun ada yang mensyaratkan sertifikat itu pun tidak banyak, umumnya negara-negara tujuan ekspor hanya mensyaratkan sertifikat good agriculture practices (GAP) ataupun fitosanitari.

"Sekarang tuh kayaknya banyak yang nggak pakai sertifikasi malah, Singapura, ke China aja nggak ada. Asal kualitas yang dia mau dan jumlahnya ada. Mungkin ada sertifikat tapi ngga banyak, ada good agriculture practices atau GAP, atau ada fitosanitari juga, tapi nggak sampai 21," papar Hasan.

Terkait Eropa dan Amerika, menurut Hasan memang wilayah tersebut bukan pasar utama ekspor buah. Ia mengatakan, cukup sulit mengirimkan buah ke sana karena jarak yang terlalu jauh.

Secara keseluruhan, menurutnya ada 4 masalah yang menyulitkan ekspor di Indonesia yakni kualitas, kuantitas, kontinuitas, dan komitmen. Menurutnya, selama ini kualitas dan kuantitas produk buah-buahan, tak terkecuali pisang memang masih sangat kurang. Kalaupun bisa diekspor, itu hanya bisa sekali-sekali saja dan tidak terus menerus.

"Sering sekali keinginan ada mau ekspor ini itu tapi komitmen nggak ada. Harga nggak jadi problem buat orang luar, begitu kita mau ekspor kuantitasnya nggak ada, kualitas ada jumlahnya sedikit. Giliran bisa dua duanya nggak bisa kontinu," tandas Hasan.


Hide Ads