Jamu menjadi salah satu minuman tradisional andalan di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Bahkan, di Bantul ada salah satu dusun yang hampir seluruh perempuannya berjualan jamu.
Kiringan menjadi dusun di Bantul yang sejak tahun 1950 terkenal dengan para penjual jamunya. Bahkan, saat ini penjual jamu di Desa Kiringan jumlahnya telah mencapai 132 penjual jamu dan telah tergabung di dalam Koperasi Seruni Putih.
"Seruni Putih itu berdirinya 23 Maret 2007, itu terbentuk perkumpulan Koperasi Wanita (Kopwan) Seruni Putih Dusun Kiringan, Canden, Jetis, Bantul, yang beranggota semua penjual jamu dari 132 orang semua penjual jamu yang warisan dari nenek moyang atau leluhur kami," ujar Ketua Koperasi Seruni Putih, Murjiyati kepada detikcom baru-baru ini.
Murjiyati bercerita dulunya para penjual jamu di Kiringan perlu waktu hingga dua jam untuk membuat jamu. Pasalnya, jamu harus dipipis (digiling dengan batu) dan ditumbuk terlebih dahulu hingga halus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun sejak adanya bantuan mesin giling dari BRI untuk Koperasi Seruni Putih, wanita yang sering dipanggil Mur ini mengaku membuat jamu jadi lebih mudah dan cepat. Bahkan, kini para anggota bisa memproduksi jamu lebih banyak.
"Gilingan dari BRI sangat bermanfaat untuk kami penjual jamu yang dulunya mipis, sekarang sudah pakai alat penggiling lebih cepat, lebih mudah, lebih mengurangi waktu pembuatan," jelasnya.
"Prosesnya lebih cepat daripada ditumbuk sama dipipis. Kalau digiling 2 kg cuma setengah jam. Tapi kalau ditumbuk nggak bisa, 1 kg aja mungkin 2 jam baru selesai. Kan sulit toh, lembutnya itu sulit," imbuh Mur.
![]() |
Bukan hanya memudahkan, mesin giling juga dikatakan Mur dapat menghemat tenaga saat membuat jamu. Apalagi untuk menumbuk dan mipis 1 kg jamu, Mur perlu waktu 4 jam. Tak heran dulu untuk membuat jamu, Mur perlu bangun sejak subuh dan baru selesai pukul 7 pagi.
"Tapi sekarang 1 jam nggak ada kalau 4 macam jamu, 4 kali pembuatan. Kurang lebih 1 jam. Waktu dipipis itu 2 jam, bangun subuh-subuh nanti jam 7 baru selesai. Tapi kalau sekarang digiling setengah jam lebih sedikit selesai," katanya.
Sebelum ada bantuan mesin giling, Mur menyebut para penjual jamu di Kiringan perlu mengeluarkan kocek lebih untuk membayar jasa menggiling jamu. Namun saat ini, seluruh anggota dapat menghemat ongkos dan tenaga.
![]() |
"Dulu sebelum ada (bantuan) BRI, gilingnya di tempat lain, bayar Rp 20 ribu setiap hari. Sekarang sudah punya, nanti kalau semua sudah giling bisa menambah kas koperasi dari penggilingan," ungkapnya.
"Waktu itu gilingan dari BRI baru datang September 2020. Sebelumnya harus giling di tempatnya Bu Purwaningsih dekat rumah ibu di Kiringan juga. Alhamdulillah (bantuan) gilingan membantu sekali," jelasnya.
Soal bantuan ini, Manager Bisnis Mikro BRI Bantul, Joko Wahyudiarto mengatakan pihaknya memang telah melihat adanya potensi dari jamu di Kiringan. Oleh karena itu, BRI memberikan bantuan berupa mesin giling untuk meningkatkan produksi jamu.
Ke depan, Joko menambahkan pihaknya juga akan memberikan bantuan CSR lainnya baik berupa alat pembuatan jamu atau pelatihan. Dengan begitu bisnis jamu di Kiringan bisa terus berkembang.
"Dalam waktu dekat BRI akan memberikan bantuan CSR juga berupa peralatan pembuatan jamu berupa parut dan lain-lain sehingga pengembangan bisnis dari jamu kiringan bisa terangkat. Bahkan, wacana ke depan kita harapkan ada semacam sekolah untuk belajar pembuatan jamu sehingga jamu akan lebih dikenal dan merakyat," pungkasnya.
detikcom bersama BRI mengadakan program Jelajah UMKM ke beberapa wilayah di Indonesia yang mengulas berbagai aspek kehidupan warga dan membaca potensi di daerah. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, ikuti terus beritanya di detik.com/tag/jelajahumkmbri.
Lihat Video: Selain Kuliner, Belut Dapat Dibuat Jamu Jaga Stamina Di Sukabumi