Jamu sering disebut sebagai minuman kuno dengan cita rasa yang cenderung pahit, sehingga tidak begitu diminati generasi masa kini. Padahal, ramuan tradisional khas Indonesia ini punya segudang manfaat untuk kecantikan dan kesehatan tubuh.
Seiring dengan perubahan gaya hidup, penyajian jamu pun mau tidak mau harus ikut bertransformasi. Jika dulu cuma diminum, sekarang mulai bermunculan inovasi produk jamu kekinian yang enak tapi tetap menyehatkan. Bahkan bisa mendatangkan cuan jutaan rupiah dalam sebulan.
Seperti inovasi yang dilakukan oleh wanita asal Bantul, Yogyakarta, bernama Unun Matoyah (37). Dengan tangan terampilnya, jamu kunir asem disulap menjadi olahan selai yang lezat.
Kepada detikcom, Unun mengaku ide membuat selai kunir asem berawal dari dirinya yang melihat banyak pekerja wanita dan mahasiswa yang tidak sempat minum jamu, karena pagi-pagi sekali sudah harus berangkat ke sekolah atau tempat kerja.
"Selai jamu itu saya kepikirannya buat wanita karier, wanita yang kantoran atau mahasiswa. Itu biasanya kan nggak sempat minum jamu karena udah berangkat ke kantor atau ke sekolah pagi-pagi. Sedangkan mbok-mbok jamu kan biasanya jualannya pagi sampai siang," katanya.
Lebih lanjut Unun menjelaskan alasan dirinya memilih jamu kunir asem atau yang lebih dikenal dengan kunyit asem untuk diolah menjadi selai. Menurutnya, kunir asem punya banyak manfaat jika dikonsumsi secara rutin oleh wanita.
Selain dipercaya bisa menjaga badan tetap langsing, kunir asem juga diyakini mampu mengatasi masalah haid atau menstruasi, salah satunya meredakan kram dan nyeri berlebih.
" Yang sedang nyeri haid bisa menikmati jamu dengan sarapan jamu. Nggak harus dinikmati dengan minum jamu segar. Tapi bisa dengan berbagai inovasi, seperti makan roti isinya selai," ujarnya.
Diungkapkan Unun, butuh waktu seharian untuk membuat selai jamu. Semua rempah harus dalam keadaan matang, baik kunyit maupun asem harus direbus terlebih dahulu. Kemudian, bahan digiling menggunakan alat, diperas, dan direbus kembali. Angkat semua bahan yang telah direbus, lalu tambahkan gula hingga teksturnya mengental.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
" Kalau aku kan matang semua. Asem nya direbus dulu, kunyit direbus, digiling, direbus lagi. Nanti asemnya diperas. Nanti kalau sudah selesai direbus lagi, gulanya lebih banyak yang jelas," terangnya.
Unun sendiri telah menekuni bisnis jamu sejak tahun 2016. Namun, ia baru berinovasi membuat selai kunir asem di tahun 2020 lalu. Meski terbilang cukup baru, ia tak menyangka jika produk selai buatannya dilirik oleh banyak orang.
Dengan modal awal Rp 700 ribu untuk membeli kemasan dan rempah-rempah yang diperoleh dari pedagang lokal yang ada di daerah Bantul, ia kini bisa memproduksi hingga 20 kg selai per hari. Dalam sebulan, ia mengaku meraup omzet Rp 2-2,5 juta hanya dari penjualan selai kunir asem.
Adapun produk selai buatan Unun telah dikirim ke DKI Jakarta, Tangerang, daerah Jogja dan sekitarnya, hingga ke Australia melalui reseller. Kini, ia pun sedang dalam proses kerja sama untuk membawa produk selai kunir asem ke Bali dan Amerika Latin.
" Selainnya udah kirim ke Jakarta, Tangerang, dan lokalan Jogja dan sekitarnya. Ke Australia tapi dibawa reseller karena belum ekspor (langsung)," pungkasnya.
Satu jar selai kunir asem dipatok seharga Rp 20 ribu, dan bisa dipesan secara online melalui akun Instagram @unoi_mandiri.
Sebagai informasi, Unun merupakan nasabah KUR dari BRI. Ia meminjam Rp 10 juta untuk membeli keperluan produksi agar bisnis produk inovasi jamu miliknya semakin berkembang
" Saya pinjam KUR pertama RP 10 juta. Sangat dibantu dari BRI. Buat tambahan beli bahan sama ngembangin beli-beli kemasan. Dulu kan dari plastik, sekarang udah ada botol-botol," pungkasnya.
detikcom bersama BRI mengadakan program Jelajah UMKM ke beberapa wilayah di Indonesia yang mengulas berbagai aspek kehidupan warga dan membaca potensi di daerah. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, ikuti terus beritanya di detik.com/tag/jelajahumkmbri.
(prf/hns)