Indonesia bisa dibilang menjadi negara yang jago berdagang meski di tengah pandemi COVID-19. Dalam setahun, neraca perdagangan Indonesia surplus tinggi yaitu mencapai US$ 21,74 miliar. Angka surplus ini terjadi setelah dua tahun sebelumnya terjadi defisit atau tekor.
Hari ini, pandemi COVID-19 tepat setahun di Indonesia. Dalam satu tahun, neraca perdagangan Indonesia tercatat dua kali tekor yaitu pada Januari dan April. Defisit ini terjadi karena nilai total ekspor lebih kecil dibandingkan impor. Sedangkan surplus sebaliknya.
Selama tahun 2020, neraca perdagangan Indonesia surplus US$ 21,74 miliar karena total nilai ekspor tercatat sebesar US$ 163,31 miliar dan nilai impornya sebesar US$ 141,57 miliar. Surplus ini tercatat tertinggi dalam 9 tahun yang lalu atau sejak tahun 2011 yang sebesar US$ 26,06 miliar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perbaikan neraca dagang Indonesia ini tidak terlepas dari kinerja ekspor dan impor di Desember 2020. Di mana datanya ekspor tercatat US$ 16,54 miliar atau tumbuh 8,39% dibandingkan November 2020. Sementara dibandingkan Desember 2019 mengalami peningkatan 14,63%.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia di Desember menjadi yang paling tertinggi di tahun 2020. Bahkan, nilai ekspor US$ 16,54 miliar ini tertinggi sejak Desember 2013.
Pada saat itu, neraca perdagangan Indonesia surplus dengan Amerika Serikat (AS) sebesar US$ 1,23 miliar, dengan India sebesar US$ 866,3 juta, dan Filipina sebesar US$ 468,9 juta di Desember 2020.
Namun, perdagangan Indonesia kalah atau tekor dengan China sebesar US$ 1,12 miliar, lalu dengan Australia US$ 260,2 juta, dan dengan Brasil sebesar US$ 203,3 juta.
Jika dilihat dari pangsa pasarnya, neraca perdagangan Indonesia didominasi oleh China baik dari ekspor maupun impor. Pada Desember 2020 sendiri, kinerja ekspor Indonesia tercatat US$ 16,54 miliar.
Tidak hanya terlihat dari bulanan, secara tahunan pun negeri Tirai Bambu mendominasi kinerja ekspor Indonesia. Selama Januari-Desember 2020, China tetap merupakan negara tujuan ekspor terbesar dengan nilai US$ 29,93 miliar atau 19,31%. Diikuti oleh AS dengan nilai US$ 18,62 miliar atau 12,01%, dan Jepang dengan nilai US$ 12,88 miliar atau 8,31% dari total US$ 163,31 miliar.
Sementara untuk impor, jika dilihat selama periode Januari-Desember 2020, China masih menjadi tujuan utama dengan pangsa pasar 30,91% atau US$ 39,35 miliar dari total impor senilai US$ 141,57 miliar.
Untuk Desember 2020, dominasi China pun terlihat pada kinerja impor Indonesia, dari total nilai impor US$ 14,44 miliar di Desember 2020, pangsa pasar China sebesar US$ 4,44 miliar atau 34,28%. Kedua, tertuju ke Jepang dengan nilai US$ 0,86 miliar atau 6,65%. Ketiga adalah Singapura sebesar US$ 0,73 miliar atau 5,65%.
Pangsa pasar ekspor terbesar kedua, tertuju pada Amerika Serikat (AS) yaitu sebesar US$ 1,87 miliar atau 12,06%. Selanjutnya disusul oleh Jepang dengan nilai US$ 1,25 miliar atau 8,06% dari total ekspor di Desember 2020.
Dominasi China pun terlihat pada kinerja impor Indonesia, dari total nilai impor US$ 14,44 miliar, pangsa pasar China sebesar US$ 4,44 miliar atau 34,28%. Kedua, tertuju ke Jepang dengan nilai US$ 0,86 miliar atau 6,65%. Ketiga adalah Singapura sebesar US$ 0,73 miliar atau 5,65%.
Demikian data neraca perdagangan RI selama setahun corona.
(hek/ang)