3 Kondisi Hotel, Restoran hingga Mal Setahun Corona

3 Kondisi Hotel, Restoran hingga Mal Setahun Corona

Soraya Novika - detikFinance
Rabu, 03 Mar 2021 07:15 WIB
Satu tahun lalu virus COVID-19 terdeteksi di Indonesia. Setahun berlalu, virus itu masih melanda Indonesia.
Foto: dok
Jakarta -

Berbagai sektor ikut terimbas ganasnya pandemi COVID-19 yang kini sudah setahun menginfeksi Indonesia. Beberapa yang paling terdampak di antaranya hotel dan restoran serta mal dan ritel.

Begini kondisi masing-masing sektor tersebut setelah setahun digebuk COVID-19:

1. Hotel dan Restoran Masih Berdarah-darah

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran meski kini pemerintah telah memberi pelonggaran dari segi kebijakan, akan tetapi bisnis hotel dan restoran belum menunjukkan pemulihan yang signifikan. Terutama untuk hotel, masih berdarah-darah mencoba bertahan agar tak gulung tikar permanen.

"Belum ada pemulihan, status kita sekarang bukan pemulihan tapi masih dalam status kita berusaha untuk bertahan, karena selama 12 bulan yang kita perhatikan sejak pandemi tahun lalu, itu kondisi okupansi itu ada perbaikan tapi jauh dari rata-rata, ditambah lagi nilai jual juga turun," ujar Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran kepada detikcom, Selasa (2/3/2021).

ADVERTISEMENT

Rata-rata okupansi hotel dan restoran hingga tutup tahun 2020, katanya, hanya mentok di rata-rata 34%. Okupansi seminim itu masih tercatat rugi buat para pelaku hotel dan restoran.

"Berarti masih minus sekitar 20% an, untuk bertahan kita melakukan berbagai efisiensi, mulai dari sisi tenaga kerja maupun cost lain seperti listrik dan lain-lain," terangnya.

Untuk berharap pulih di tahun 2021 ini pun masih agak sulit menurutnya. Hal serupa disampaikan oleh Wakil Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) sekaligus Founder De Solo Boutique Hotel and Restaurant, Sudrajat.

"Sampai saat ini belum ada geliat yang berarti, memang ada yang sedikit naik khususnya di restoran-restoran, tetapi ya hanya 10% an, tetapi itu yang selama ini masih buka, yang tutup itu kan masih banyak jumlahnya jauh lebih besar," ungkapnya.

Simak juga video 'Kilas Balik Setahun Covid-19 di Tanah Air':

[Gambas:Video 20detik]



Lanjut halaman berikutnya.

2. Mal dan Ritel Mulai Pulih

Setahun Corona, pusat perbelanjaan atau mal hingga ritel mulai merasakan sedikit pemulihan. Sebelumnya, kedua bisnis tersebut sempat begitu terpuruk oleh dampak pandemi COVID-19.

Kondisi paling terpuruk bagi kedua industri itu dirasakan saat pemerintah mulai menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ketat pertama di bulan April 2020 lalu.

Saat itu, sekolah, toko-toko (ritel), perkantoran, mal, dan tempat wisata ditutup sementara. Jumlah penumpang transportasi umum pun dibatasi. Hal itu, otomatis membuat omzet di kedua bisnis tersebut turun drastis.

"Yang terpuruk itu kayaknya saat nggak boleh buka mal sama sekali beberapa bulan tuh, bulan 4,5,6 itu bukan terpuruk lagi, orang tidak boleh buka, jadi paling berat, itu paling parah," ujar Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah kepada detikcom, Selasa (2/3/2021).

Hal yang memberatkan adalah karena kebijakan itu diberlakukan saat momen libur lebaran, yang seharusnya bisa menjadi sumber pendapatan tertinggi bagi pengusaha ritel dalam setahun. Lantaran, para pengusaha ritel saat itu, sudah menyiapkan stok barang dari awal tahun, tapi karena diberlakukan PSBB, akhirnya banyak barang yang terpaksa dijual murah agar tidak terbuang sia-sia.

"Nah itu mulai ambruk cashflow di situ, uangnya dalam bentuk stok tidak bisa keluar, dijual rugi, dijual murah, supaya berputar, akhirnya terjadi penurunan," terangnya.

Ia mengibaratkan, misal omzet seluruh peritel di Indonesia bisa mencapai Rp 450 triliun/bulan. Namun, karena ada PSBB ketat karena pandemi, ritel pada tutup, maka total kerugian bisa mencapai ratusan triliun rupiah per bulannya. "Kerugiannya ratusan triliun sebulan, artinya tidak ada omset, rugi," katanya.

Namun, kini kondisi sektor ritel sudah mulai membaik dari kondisi paling terpuruk tadi. Terutama di saat-saat ada momen libur nasional atau cuti bersama maupun saat diadakan diskon besar-besaran.

"Pada saat ada lebaran, ataupun kemarin hari belanja diskon, lalu ada tahun baru, itu animo konsumen tidak bisa ditahan, mereka tetap belanja, baik secara offline maupun online," tuturnya.

3. Mal dan Ritel Optimis Makin Pulih Mulai Mei 2021

Ia optimis momentum perbaikan ini akan terus terjadi terutama jelang lebaran di bulan Mei 2021 mendatang.

"Sekarang sudah mulai naik pelan-pelan, jadi puncaknya kami harapkan di bulan 5 saat lebaran itu," imbuhnya.

Hal serupa disampaikan oleh Wakil Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja.

Momen terpuruk bagi pusat perbelanjaan terjadi di triwulan II-2020 di saat pemerintah menerapkan PSBB ketat yang pertama kali. Saat itu kondisinya, pusat perbelanjaan tidak boleh beroperasi sama sekali kecuali untuk supermarket dalam mal dan ATM.

Sehingga tingkat kunjungan di mal saat itu tidak lebih dari 10% dibanding sebelum pandemi.

Saat masuk PSBB transisi, mal diizinkan beroperasi dengan kapasitas 50%. Akan tetapi, tingkat kunjungan tak banyak mengalami peningkatan signifikan yakni tak lebih dari 30-40%.

Saat ini pun serupa, ada peningkatan tapi tak lebih dari level tersebut.

"Kondisi tingkat kunjungan ke pusat perbelanjaan saat ini masih 30-40% saja. Ada peningkatan sedikit jika dibanding awal COVID-19 mewabah di Indonesia," kata Alphonzus.

Peningkatan itu terjadi karena masyarakat sudah semakin terbiasa dengan berbagai pembatasan dan protokol kesehatan.

"Kalau daya beli justru sebaliknya, saat ini kondisinya justru lebih rendah dibanding satu tahun yang lalu. Hal itu tercermin jelas dengan pertumbuhan ekonomi yang mencatat kontraksi yang cukup dalam," timpalnya.


Hide Ads